BerandaBeritaFestival Ogoh-ogoh, Program Sporadis Hendy?

Festival Ogoh-ogoh, Program Sporadis Hendy?

- Advertisement -spot_img

Ditulis Oleh : M. Badril Umam

JEMBER, Pelitaonline.co – Tiba-tiba ada Festival Ogoh-ogoh di Jember. Diarak mulai dari Kantor UPTD Pengujian Kendaraan Dishub di Kaliwates, sampai titik finish di Alun-alun Jember. Bupati Jember : Hendy Siswato, mengumumkan bahwa acara Ogoh-ogoh itu hasil kerjasama antara Pemkab Jember dengan Pemkab Jembrana, Bali.

Berani menyebut tiba-tiba, karena acara arak-arakan Ogoh-ogoh itu tak pernah ada sebelumnya di Jember kota. Pun soal kerjasama dengan Pemkab Jembrana Bali, yang terkesan mendadak baru terumumkan. Ya, menandakan seperti program sporadis. Sekarang ada, kelanjutannya belum tentu ada lagi.

Berbeda jika mengaca dengan kabupaten tetangga. Sebut saja Banyuwangi : Tari Gandrung Sewu. Sebuah event yang rutin digelar tahunan, melibatkan banyak warga asli Banyuwangi dan yang pasti, seni dan kebudayaan yang digarapnya asli milik Banyuwangi.

Festival Pagelaran Gandrung Sewu, mampu ikon yang semakin memperkuat Banyuwangi, sebagai daerah berkebudayaan dengan menguatkan kesenian aslinya. Misi lainnya, event Gandrung Sewu diharapkan mampu menjadi magnet pengundang wisatawan hadir ke Banyuwangi.

Multiplier effect lainnya yang bisa didapat Banyuwangi, bahwa kesenian aslinya bisa tetap lestari dengan regenerasi yang tak pernah mati, karena ada apresiasi dari pemerintahnya. Nah kalau kemudian, ada banyak orang berjualan di sekitar lokasi event laris manis, itu bonus bagi mereka yang mampu memanfaatkan peluang dagang.

Bukan seperti di Jember. Mendatangkan Ogoh-ogoh dari Bali, talent-nya juga orang Bali, yang barang tentu budayanya pun asli Bali. Sepertinya, Bupati Hendy cukup senang menyiapkan panggung untuk kesenian orang lain. Sementaranya rakyat sendiri, sekedar menjadi obyek penikmat kesenian orang lain.

Hal yang demikian sangat mengancam eksistensi, kesenian dan kebudayaan asli dan khas Jember. Betapa tidak, pelaku kesenian lokal Jember tidak bisa tumbuh, karena kalah pamor dengan Ogoh-ogoh Bali yang diberi panggung kehormatan begitu luar biasa.

Seharusnya, Bupati Hendy lebih memprioritas kesenian asli Jember sebagai pemeran utama di pagelaran spektakuler. Bukan seolah berperan layaknya event organizer, yang hanya selesai di satu misi acara belaka.

Seharunya juga, Bupati Hendy patut mengingat bahwa ada desa di Kecamatan Umbusari bernama Sukoreno, tak kalah hebatnya dengan rombongan Ogoh-ogoh Jembrana Bali. Bahkan di Sukoreno jauh lebih konkrit dan konsisten. Bahwa setiap tahunnya di perayaan menyambut Hari Raya Nyepi, warga setempat di Sukoreno, menggelar pawai Ogoh-ogoh yang diikuti Umat Hindu di wilayah setempat.

Semisal Bupati Hendy konsisten dengan kata-kata, seharusnya lebih menyeriusi pagelaran Ogoh-ogoh yang ada di Sukoreno. Bukan malah mengundang Ogoh-ogoh dari luar, untuk tampil di pusat Jember. Kemudian jika terus-terusan tersentralistik di pusat kota, kapan pembangunan wisata di Jember akan merata?.

Hal sederhana yang demikian, membuat Jember semakin tertinggal dari kabupaten tetangga Banyuwangi. Sampai akhirnya muncul dua pilihan, bupatinya segera berbenah atau masyarakat Jember, segera mencari kriteria pemimpin ideal untuk Jember di masa depan. (*)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

#TRENDING TOPIC

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini