BerandaBeritaAda Backing di Penambangan Emas Liar Jenggawah ?

Ada Backing di Penambangan Emas Liar Jenggawah ?

- Advertisement -spot_img

JEMBER, Pelitaonline.co – Masyarakat Desa Kemuningsari Kidul, Kecamatan Jenggawah, mulai diresahkan adanya penambangan emas liar. Terlebih, penambang ilegal yang jumlahnya mencapai sekitar ratusan orang, beroperasi malam hari di saat warga beristirahat.

Para penambang yang bukan hanya warga sekitaran desa, menggali lubang di area gumuk yang ada di Dusun Gumuk Rase, Desa Kemuningsari Kidul. Meski ilegal, penambang berani terang-terangan mengeruk tanah yang mengandung emas.

Wartawan media ini sempat mewawancarai seorang warga setempat, yang namanya kami inisial H. “Sejujurnya sebagai warga, kami terganggu. Mereka meresahkan. Kerja di malam hari, di saat kami harusnya beristirahat,” katanya.

Penambang itu mengendarai motor. Knalpot motor protolannya, mengganggu karena suaranya yang berisik. “Suara motornya breng-brengan. Tidak hanya satu dua motor. Rombongan. Jadi rame dan mengganggu,” bebernya.

Semakin membuat warga terganggu, di tengah malam masih terdengar pukulan palu yang diarahkan ke bebatuan. “Kalau malam terdengar, banyak orang memukul batu pakai palu,” ucapnya.

Warga tersebut mencurigai, ada pihak yang menjadi “backing” di balik para penambang emas liar tersebut. Kecurigannya beralasan, meski para penambang emas liar itu melanggar hukum, namun mereka seolah tidak takut ditangkap aparat penegak hukum.

“Kalau melanggar hukum, mereka harusnya sembunyi-sembunyi. Nah ini terang-terangan,” imbuhnya.

Seorang penambang berhasil diwawancarai. Namun yang bersangkutan tidak bersedia identitasnya disebutkan. Dia pun mengakui harus membayar upeti Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu setiap menambang emas.

“Itu satu orang bayar Rp 100 ribu. Kadang kalau dapat sedikit, ya bayarnya Rp 50 ribu,” akunya.

Dia sempat keceplosan mengaku membayar upeti yang dimaksud, ke orang sipil yang menjadi suruhan aparat. Namun saat dikejar siapa aparat yang dimaksud, apakah unsur kepolisian, TNI atau pihak desa, dia memilih bungkam. “Ya pokonya aparat,” tegasnya.

Menurut pengakuannya, uang yang dimaksud upeti olehnya itu, disetor secara kolektif ke koordinator yang keliling ke beberapa pos tempat penambang. Mereka memungut sesuai jumlah penambang.

“Begini, kerja kami kan berkelompok. Perlubang ada kelompoknya masing-masing. Nah yang narik,i uangnya itu, ngambil ke perlubang tambang,” ungkapnya.

Rupanya, seperti rekaman video yang diberikan penambang itu ke wartawan media ini, perburuan emas di Gumuk Rase itu tidak hanya menggali lubang, namun mereka juga mencari di tumpukan bebatuan di area tambang galian C, yang tutup sejak beberapa hari sebelum berita ini ditulis. (Yud)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

#TRENDING TOPIC

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini