Video Terbaru Calla atau Cella Yang Banyak Diburu Warganet

VIRAL – Nama Calla atau Cella kembali menjadi sorotan publik setelah sebuah video berdurasi 30 menit yang diduga menampilkan dirinya viral di berbagai platform media sosial seperti TikTok dan Twitter. Video tersebut diklaim sebagai rekaman pribadi yang bocor dari pacarnya, memicu perdebatan luas mengenai keamanan privasi serta eksploitasi konten sensitif di dunia digital.

Video Viral Calla Pramuka X

Video ini pertama kali muncul di akun TikTok dengan nama pengguna @callapramuka, yang diduga merupakan milik pacar Calla. Dalam waktu singkat, video tersebut menyebar dengan cepat menggunakan tagar #Calla, #pramuka, dan #callapramuka hingga menduduki trending topik di TikTok selama beberapa hari. Durasi video sekitar 30 menit dan diduga direkam melalui video call (VC) antara Calla dan pacarnya.

Salah satu hal yang membuat video ini mudah dikenali adalah seragam pramuka yang dikenakan oleh sosok dalam rekaman tersebut—mirip dengan kasus viral sebelumnya terkait Bu Guru Salsa. Hal ini menambah perhatian publik terhadap kasus ini.

Akun Calla Pramuka

Akun @callapramuka sempat mengunggah peringatan kepada para perempuan agar berhati-hati dalam membagikan konten pribadi. Unggahan itu berbunyi: “Kalian para cewek harus hati-hati! Kemarin Bu Salsa, sekarang Calla. Kasihan, udah dikasih gratis malah disebarin.”

Namun demikian, keaslian akun tersebut masih dipertanyakan karena belum ada konfirmasi resmi dari pihak berwenang maupun keluarga Calla terkait kebenaran isi video maupun identitas pengunggahnya.

Video Calla Mirip Kasus Sebelumnya Bu Guru Salsa

Kasus penyebaran video pribadi Dek Calla dianggap memiliki kemiripan dengan kasus Bu Guru Salsa sebelumnya. Dalam kedua kasus itu terdapat pola eksploitasi serupa dimana sumber kebocoran berasal dari orang terdekat korban pacar pribadi pada kasus Calla versus kekasih online pada kasus Bu Guru Salsa yang diduga bermotif balas dendam atau mempermalukan korban secara publik.

Viralnya video ini memunculkan keprihatinan besar tentang risiko penyalahgunaan konten pribadi terutama oleh pasangan atau orang terdekat sendiri. Para pakar digital pun mengingatkan pentingnya menjaga keamanan data serta tidak sembarang membagikan konten sensitif meskipun kepada orang terpercaya sekalipun.

Selain itu, muncul pula potensi hoax seputar identitas korban; beberapa akun seperti @calla.maniez bahkan mengklaim bahwa Calla adalah siswi SMP meski klaim ini belum dapat diverifikasi kebenarannya secara resmi. Ahli literasi digital menekankan perlunya masyarakat untuk selalu melakukan pengecekan fakta sebelum menyebarkan informasi agar tidak terjebak dalam hoax atau manipulasi emosi massa.

Hingga saat ini belum ada laporan resmi baik dari pihak keluarga maupun pihak berwajib mengenai tindakan hukum atas penyebaran video tersebut. Di sisi lain, netizen ramai memberikan dukungan moral sekaligus kritik pedas terhadap pelaku penyebaran; salah satu komentar populer berbunyi: “Kasihan dek Calla, sampai kaget gue lihatnya. Udah cantik malah ketemu cowok gak bertanggung jawab.”

Pelajaran Penting bagi Pengguna Media Digital

Kasus viral Dek Calla menjadi pengingat keras akan betapa rentannya privasi seseorang di era digital saat ini jika tidak dijaga dengan baik. Beberapa langkah pencegahan penting antara lain:

• Menghindari merekam konten sensitif melalui aplikasi panggilan video atau pesan pribadi.
• Mengaktifkan fitur keamanan tambahan seperti autentikasi dua faktor pada akun media sosial.
• Meningkatkan edukasi literasi digital untuk memahami risiko teknologi canggih seperti deepfake ataupun rekaman manipulatif yang bisa digunakan untuk pemerasan.
• Peran lembaga pendidikan serta keluarga sangat vital dalam memberikan pemahaman etika penggunaan teknologi sejak dini agar generasi muda lebih bijak bersosial media.

Viralnya video Dek Calla bukan sekadar fenomena sesaat melainkan cermin nyata kerentanan privasi individu di dunia maya saat ini. Oleh karena itu masyarakat dihimbau untuk lebih kritis dalam menerima informasi serta bertanggung jawab agar tidak turut menyuburkan siklus penyebaran konten merugikan korban lainnya.