
Konflik di Pundenrejo berakar pada sengketa lahan antara petani dan pihak pengembang. Lahan yang digarap petani adalah tanah leluhur mereka, dikelola turun-temurun sejak sebelum Indonesia merdeka. Namun, beberapa pihak mengklaim tanah ini untuk proyek komersial. Petani menolak menyerahkan lahan, yang memicu ketegangan berulang.
Pada 2024, lahan pertanian warga juga dirusak, diikuti penghancuran pos jaga pada awal 2025. Kini, aksi “Rumah Petani Dirusak Massa Bertopeng” menjadi puncak kekerasan yang dialami warga. Banyak pihak menduga ada keterlibatan preman bayaran, tapi bukti konkret masih minim. Konflik ini mencerminkan masalah agraria yang lebih luas di Indonesia, di mana petani kecil sering terpinggirkan oleh kepentingan besar.
Ada beberapa faktor yang membuat Pundenrejo rawan konflik:
Warga Pundenrejo, yang mayoritas petani sederhana, merasa terintimidasi. Mereka berharap Bupati Pati, Sudewo, bisa turun tangan menyelesaikan masalah ini. Namun, hingga kini, solusi konkret belum terlihat.
Kejadian ini meninggalkan luka mendalam bagi warga Pundenrejo. Selain kerugian materi, ada dampak psikologis dan sosial yang signifikan. Berikut beberapa akibat yang dirasakan:
Di media sosial, khususnya X, warga netizen menyuarakan kemarahan. Banyak yang mempertanyakan peran pemerintah dalam melindungi rakyat kecil. Sebuah postingan di X bahkan menyebut, “Apa guna hukum dan negara jika petani dibinasakan preman?” Sentimen ini mencerminkan kekecewaan publik yang kian meluas.
Kejadian “Rumah Petani Dirusak Massa Bertopeng” mendapat perhatian luas. Organisasi seperti YLBHI mengecam aksi ini dan mendesak penegakan hukum. Mereka mencatat bahwa kekerasan terhadap petani Pundenrejo terus meningkat dalam dua bulan terakhir. Sementara itu, polisi berjanji mengusut kasus ini, meski belum ada tersangka yang diumumkan.
Bupati Pati, Sudewo, menjadi tumpuan harapan warga. Petani berencana mengadukan nasib mereka langsung kepadanya, meminta mediasi antara warga dan pihak pengembang. Namun, tanpa tindakan tegas, konflik ini berpotensi berulang. Beberapa aktivis juga menyerukan intervensi pemerintah pusat, mengingat masalah agraria sering melibatkan pihak-pihak berpengaruh.
Untuk mencegah kejadian serupa, beberapa langkah bisa diambil:
Langkah ini bukan hanya soal menyelesaikan konflik di Pati, tapi juga memberi sinyal bahwa negara hadir melindungi rakyat kecil.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News