Pasar Keuangan Anjlok Usai Trump Tuduh China Langgar Kesepakatan Dagang

Cak Ulil

May 30, 2025

2
Min Read
Seorang pedagang sedang bekerja di lantai Bursa Efek New York pada hari Jumat. Angela Weiss / AFP / Getty Images

EKONOMIAS, 30 Mei 2025. Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah Presiden AS, Donald Trump, menuduh China telah melanggar kesepakatan penghentian tarif sementara yang baru saja disepakati. Pernyataan Trump ini langsung memicu kepanikan di pasar keuangan global, dengan indeks saham utama AS seperti Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq-100 mengalami penurunan signifikan.

Pada Jumat pagi waktu setempat, Trump melalui akun Truth Social-nya menyampaikan bahwa China “sepenuhnya melanggar” perjanjian dagang yang baru saja dicapai dua minggu lalu. Dalam perjanjian tersebut, kedua negara sepakat untuk menangguhkan tarif tinggi selama 90 hari guna memberi ruang negosiasi lanjutan.

Baca Juga :  Bitcoin Ambruk: Gejolak Pasar Kripto di Tengah Ketidakpastian Global

Trump menegaskan bahwa tarif tinggi yang ia terapkan sebelumnya telah membuat ekonomi China terguncang, hingga menyebabkan penutupan pabrik dan keresahan sosial. Ia mengklaim, demi mencegah kerusakan lebih parah, dirinya menawarkan kesepakatan cepat agar situasi kembali stabil. Namun, menurut Trump, China justru tidak mematuhi komitmen yang sudah disepakati, sehingga ia mengancam akan mengambil langkah baru yang lebih tegas.

China Dituduh Lambat Penuhi Janji

U.S. Trade Representative, Jamieson Greer, menambahkan bahwa China terkesan “mengulur-ulur” implementasi kesepakatan dagang. Hal ini membuat negosiasi yang semula berjalan positif kembali menemui jalan buntu. Sementara itu, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut pembicaraan dengan China “sedikit mandek” dan mengisyaratkan perlunya komunikasi langsung antara Trump dan Presiden China, Xi Jinping, untuk keluar dari kebuntuan.

Baca Juga :  TikTok Ancaman Bagi Meta: Saatnya Kamu Tahu Fakta Sebenarnya

Perang dagang AS-China telah berlangsung sejak awal tahun, dengan kedua negara saling menaikkan tarif hingga di atas 100% untuk berbagai produk. Pada awal Mei, kedua pihak akhirnya sepakat menurunkan tarif secara drastis AS dari 145% ke 30% dan China dari 125% ke 10% serta menangguhkan sejumlah sanksi non-tarif.

Namun, China justru membalas dengan membatasi ekspor mineral rare earth, yang sangat dibutuhkan industri teknologi dan pertahanan AS, seperti Apple, Tesla, dan Lockheed Martin. Langkah ini menyebabkan lonjakan harga rare earth di pasar global lebih dari 12% dan mengancam rantai pasok berbagai perusahaan besar AS.

Reaksi Pasar dan Prospek Negosiasi

Pernyataan Trump langsung membuat pasar saham AS dan global terguncang. Investor khawatir ketegangan ini akan memicu gelombang tarif baru dan memperburuk ketidakpastian ekonomi dunia. Sementara negosiasi lanjutan masih belum menunjukkan titik terang, para pelaku pasar kini menanti langkah lanjutan dari kedua negara, termasuk kemungkinan intervensi langsung antara kedua kepala negara.(UA/Red)

Baca Juga :  Ramalan Ekonomi Indonesia Pertengahan 2025: Apa yang Harus Diwaspadai?

 

Catatan Redaksi : Informasi ini telah diverifikasi dari berbagai media internasional kredibel seperti USA Today, CNN, Quartz, dan Business Standard. Semua sumber menyajikan fakta serupa terkait tuduhan Trump, reaksi pasar, hingga kebijakan balasan China soal ekspor rare earth.

Bantu Ikuti Saluran : WhatsApp Kami

Dan Bantu Ikuti : Google News Kami

Related Post

 

×