NU, PPP dan PKB

Ricky R

March 28, 2022

4
Min Read
Suasana Haul Almarhum KH. Hasyim Muzadi ( foto: Istimewa)

Oleh : Rully Efendi

Sepertinya, tak ada yang kebetulan. Meski yang di sana, menyebut demikian. Tenda, panggung, hingga backdrop, terpasang serius. Sampai terpampang foto Ketum PBNU, bersanding dengan Ketum DPP PPP. Di arena haul ke-5, Almarhum KH. Hasyim Muzadi, pengasuh Ponpes Al Hikam Malang.

Seolah dibuat kembar. Haul sang mantan Ketum PBNU tersebut, digelar bebarengan dengan Harlah PPP ke-49. Padahal jika menilik sejarah ke belakang, PPP dideklarasikan 5 Januari 1973. Bukan di tanggal 27 Maret.

Pun demikian dengan meninggalnya Kiai Hasyim Muzadi – eks Cawapres Megawati. Sang kiai mantan Ketum PBNU dua periode itu, meninggal di tanggal 16 Maret 2017. Seperti sudah ada kompromi antara panitia haul, PPP dan PBNU. Sampai akhirnya, haul pak kiai dan harlah PPP, digelar di hari dan tempat yang sama.

*All Team : PPP-PBNU*

Ketua Tanfidziyah PBNU : Yahya Cholil Staquf, hadir lengkap dengan pengurus elitnya. Sekjend PBNU Syaifullah Yusuf, meramaikan bareng tokoh Nahdliyin lainnya. Khofifah Indar Parawansa pun, hadir dengan dua kapasitas berbeda. Sebagai Gubernur Jatim dan salah seorang Ketua PBNU. Tokoh nasional NU lainnya pun, terlihat meramaikan suasana Ponpes Al Hikam Malang.

Baca Juga :  DPRD Jatim Tinjau Kesiapan Venue Untuk Porpov 2022 di JSG

Pun demikian dengan gerbong PPP. Ketua Umum Suharso Monoarfa, juga membawa rombongan super besar di kepengurusan DPP PPP. Sekjen PPP Arwani Thomafi, begitu cukup aktif menguasai arena haul plus harlah partainya tersebut. Kemudian, jangan ditanya kemana anggota dewan Senayan : Ning Nurhayati Effendi?.

*Gotak Gatik Gatuk*

Bersandingnya PBNU dan PPP, di Haul Almarhum KH. Hasyim Muzadi, penyelenggara, bisa dengan mudah merasionalisasikan. Kiai Hasyim, pernah ada di bagian keduanya. Publik,populer mengenalnya sebagai mantan Ketum PBNU. Namun jauh sebelumnya, almarhum juga pernah menjabat sebagai Ketua DPC PPP Malang dan pernah juga jadi anggota DPRD Jatim Fraksi PPP.

Namun pastinya, publik tidak sesederhana itu mengamininya. Karena selain PPP, ada nama PKB yang terlanjur melekat dengan warga Nahdliyin. Terlebih di Jawa Timur. Kemudian, muncul kembali pertanyaan, seriuskah Gus Yahya mengembalikan Khittah NU?. Seperti janjinya, NU tak terlibat di politik praktis.

Baca Juga :  Puluhan Juta Dana Renovasi Rumah Diduga Digelapkan Kontraktor, Korban Lapor Polisi

*Beda PKB dan PPP*

Masih belum lupa. Apalagi amnesia. Bahwa beberapa bulan kemarin, PBNU begitu ganas. Garang. Bahkan langsung memanggil dengan tegas, sejumlah pengurus PCNU di beberapa daerah di Jatim, yang diduga beraviliasi dengan Ketum PKB : Muhaimin Iskandar.

Mereka yang kena “semprot” pengurus pusat NU, PCNU Banyuwangi dan PCNU Sidoarjo. Bahkan PCNU Bondowoso, juga sempat dipanggil induk tertinggi organisasinya di Jakarta. Meski PCNU Bondowoso, berbeda kasus dengan Banyuwangi dan Sidoarjo.

Kasus di Banyuwangi begini : Ketua PCNU Banyuwangi KH Ali Makki Zaini, hadir secara langsung dalam kegiatan silaturahmi sekaligus konsolidasi dengan Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Acara tersebut digelar di kantor PCNU Banyuwangi. Kemudian, Gus Maki – sapaan Ketua PCNU Banyuwangi, blak-blakan sanggup memenangkan PKB dan Muhaimin jadi presiden.

Sedengkan di Sidoarjo, dukungan NU untuk PKB dan Cak Imin – sang Panglima Santri, disampaikan forum seluruh MWCNU Kabupaten Sidoarjo. Bukan Ketua PCNU-nya. Kemudian untuk kasus yang di Bondowoso, ada statement yang menyebut NU telah memanfaatkan PKB.

Baca Juga :  20 Kata Kata Ucapan Ramadan 2025 / 1446 H Baru!

PBNU, rupanya menunjuk “eksekutor”, di pemanggilan para pengurus PCNU tersebut. Dia tak lain mantan Bupati Bondowoso : Amin Said Husni. Sekaligus pengurus elit di PBNU, berposisi sebagai salah satu ketua. Namun di Malang, di acara haul sekaligus Harlah PPP, Pak Amin sang “eksekutor” juga terlihat hadir.

*PKB Trouble Maker?*

Rahmad Hidayat Pulungan, angkat bicara di depan sejumlah media. Saat itu, dia bicara kapasitasnya bukan sebagai Komisaris Independen Kimia Farma. Melainkan sebagai Wakil Sekjen PBNU. Dia menuding, PKB salah menempatkan dirinya di depan PBNU. Bahkan terkesan PKB telah melupakan rahim tempatnya dilahirkan.

Khas darah Batak, dia pun blak-blakan menyebut PKB seolah-olah lebih hebat dan berjasa dari NU.

“PKB justru langsung masuk ke PCNU atau MWC NU tanpa mendahulukan etika, permisi atau kulo nuwon kepada pimpinan Nahdlatul Ulama. Ini menunjukkan PKB ingin mengerdilkan NU dan PBNU. Cara berorganisasi yang salah kaprah seperti ini harus diingatkan,” katanya. Seperti yang diberitakan Kompas.com. (26/1/2022).

Bantu Ikuti Saluran : WhatsApp Kami

Dan Bantu Ikuti : Google News Kami

Related Post

 

×