
JEMBER, Pelitaonline.co – Beban Nahdlatul Ulama (NU) terkesan semakin berat dalam menjaga keutuhan NKRI, Karena hal itu merupakan amanah langsung dari para penggagas organisasi masyarakat (Ormas) ini.
Mengingat, di era digital saat ini banyak idiologi baru yang berusaha untuk memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga menghalau ancaman tersebut tidak lah mudah.
“Beban berat bagi NU karena harus mempertahankan komitmen NKRI ini, karena merupakan salah satu hasil kesepakatan bersama para ulama,” tutur Rais Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (Jatman) Idaroh Wustho Jawa Timur KH Ngadiyin Anwar kediaman Pengasuh Ponpes Ngashor KH Nur Musthofa Hasyim di Desa/Kecamatan Gumukmas, Senin (21/6/2021)
Menurutnya, Jatman sebagai Badan Otonom (Banom) NU merasa terpanggil untuk ikut memberikan sumbangsih kepada bangsa untuk kepentingan bersama, tentunya harus ikhlas menjalankannya.
“Penempuhan jalan menuju kepada Allah SWT, sementara di sisi lain menjadi Khoirunas Anfa’uhum Linnas (memberikan kemanfaatan bagi sesama), para pengamal Thariqah dapat memperoleh manfaat besar dari Thariqah yang dianut dan disambung akan memberikan manfaat kepada yang lain,” kata Anwar.
Oleh karena itu, Lanjut Anwar, untuk melakukan hal itu, perlunya membangun kebersamaan, sebab langkah besar tersebut tidak bisa dibebankan pada satu orang. Sebab tidak ada manusia yang bisa mencukupi dirinya sendiri pasti membutuhkan pihak lain.
“Kelompok Thariqah ini di samping upaya meningkatkan mutu amal ibadahnya di Thariqah, juga biar hadir di tengah masyarakat bisa memberikan kemanfaatan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kata Anwar, banom ini merupakan nyawanya NU yang tidak dimiliki oleh Ormas lain. Sebab, ada kekuatan misterius didalamnya.
“Kita kelompok Thariqah tidak tinggal diam, karena dalam Thariqah ada kelebihan yang tidak dimiliki oleh kelompok yang lain, yaitu kekuatan bathiniyah, ini yang harus kita sumbangkan kepada bangsa,” pesannya.
Pria yang akrab dipanggil Mbah Yai ini memaparkan, sebenarnya ilmu Thariqah adalah zikir yang harus diamalkan oleh pengamal dengan lisan dan hati, “Tapi ada hal lain yang tidak boleh ditinggal yaitu jalan Suluk menuju Allah,” terangnya.
Dalam penerapannya, sambung Mbah Yai, ilmu tersebut juga tidak cukup hanya berhenti di lisan dan hati, tetapi harus menumbuhkan rasa takut kepada Allah.
“Dalam arti takut yang mengandung kecintaan kepada Allah. Takut karena tidak cinta menjadi dendam, tapi takut karena cinta menjadi rindu. Inilah orang thoriqoh yang diharapkan.” Tandasnya. (Emi/Yud)
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News