ENSIKLOPEDIA – JAKARTA, 7 Juni 2025. Minahasa, tanah yang kaya budaya di Sulawesi Utara, dikenal dengan lanskap hijau dan masyarakatnya yang ramah. Namun, di balik keindahan alamnya, Minahasa Agama mencerminkan perpaduan unik antara tradisi dan keimanan.
Mayoritas penduduk Minahasa memeluk agama Kristen, tapi harmoni dengan agama lain menjadikan wilayah ini istimewa. Artikel ini mengupas bagaimana Minahasa Agama membentuk identitas sosial dan budaya masyarakatnya berdasarkan data terbaru.
Sejarah Minahasa Agama: Dari Alifuru hingga Kristen
Sebelum masuknya agama Kristen, masyarakat Minahasa menganut kepercayaan Alifuru, sebuah animisme yang dekat dengan alam. Mereka memuja leluhur dan roh alam, mirip dengan praktik shamanisme Mongol. Legenda Toar dan Lumimuut, nenek moyang Minahasa, memperkuat akar budaya ini. Namun, sejak abad ke-16, misionaris Belanda memperkenalkan Kristen Protestan, yang kini mendominasi.
Data Kementerian Dalam Negeri 2023 menyebutkan, 82,13% penduduk Minahasa Tenggara beragama Kristen, dengan 81,13% Protestan dan 1,01% Katolik. Islam, Hindu, dan Buddha juga hadir, meski dalam jumlah kecil. Transisi ini menunjukkan bagaimana Minahasa Agama beradaptasi dengan zaman.
Waruga, kuburan batu kuno, menjadi saksi bisu kepercayaan leluhur. Makam ini, terbuat dari batu lava Gunung Klabat, mencerminkan kearifan lokal dalam menghormati yang telah tiada. Kini, waruga tidak lagi digunakan, tapi tetap jadi simbol budaya. Minahasa Agama tak hanya soal ibadah, tetapi juga tradisi yang mengikat komunitas.
Komposisi Agama di Minahasa Saat Ini
Berdasarkan data terbaru, Minahasa Agama menunjukkan keragaman yang harmonis. Berikut komposisi agama di Kabupaten Minahasa Tenggara per 2023:
- Kristen: 82,13% (Protestan 81,13%, Katolik 1,01%)
- Islam: 17,85%
- Hindu dan Buddha: Masing-masing 0,01%
Meski Kristen mendominasi, masyarakat Minahasa dikenal toleran. Interaksi antaragama berjalan baik, terutama di acara adat seperti pernikahan. Tradisi Toki Pintu, misalnya, menggabungkan unsur Kristen dengan dialog dalam bahasa Minahasa. Prosesi ini menunjukkan bagaimana Minahasa Agama merangkul budaya lokal tanpa kehilangan nilai spiritual.