PERISTIWA – GAZA, 30 Mei 2025. Harapan baru muncul di tengah konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas. Pemerintah Israel secara resmi menerima proposal gencatan senjata selama 60 hari yang diajukan oleh utusan khusus Amerika Serikat, Steve Witkoff. Namun, di sisi lain, Hamas masih menunjukkan keraguan dan belum memberikan jawaban final.
Syarat Tukar Tahanan Palestina dan Israel
Dalam proposal Witkoff, terdapat skema pertukaran tahanan yang menjadi sorotan utama. Israel bersedia membebaskan 125 warga Palestina yang menjalani hukuman seumur hidup, serta 1.111 tahanan Palestina yang ditangkap sejak 7 Oktober 2023. Selain itu, Israel juga akan mengembalikan jenazah 180 warga Palestina. Sebagai gantinya, Hamas akan membebaskan 10 sandera Israel yang masih hidup dan menyerahkan jenazah 18 sandera yang telah meninggal dunia.
Proses pertukaran ini akan berlangsung dalam dua tahap: setengah tahanan dan sandera dilepas pada hari pertama gencatan senjata, sisanya pada hari ketujuh. Tidak ada seremoni publik dalam proses ini, demi menjaga situasi tetap kondusif.
Respons Hamas: Masih Banyak Keraguan
Meski proposal ini dianggap terobosan, Hamas menyatakan masih banyak kekhawatiran. Bassem Naim, salah satu pejabat senior Hamas, menegaskan bahwa proposal ini belum sepenuhnya menjawab tuntutan rakyat Palestina, terutama soal penghentian perang secara permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza.
Beberapa pejabat Hamas di Doha bahkan mendorong penolakan, sementara sebagian lain ingin menerima dengan syarat tambahan. Hamas juga menyoroti kurangnya jaminan kuat agar Israel tidak mengakhiri gencatan senjata secara sepihak, serta kejelasan mekanisme distribusi bantuan kemanusiaan.
Peran Negara Penjamin dan Jalur Negosiasi
Dalam proposal ini, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir bertindak sebagai penjamin agar kedua pihak serius menjalankan kesepakatan. Jika negosiasi belum rampung setelah 60 hari, gencatan senjata bisa diperpanjang selama proses berjalan dengan itikad baik.
Berdasarkan pantauan dari berbagai media internasional terpercaya, proposal ini memang menjadi peluang langka untuk meredakan konflik. Namun, tantangan terbesar tetap pada kepercayaan kedua pihak dan implementasi di lapangan. Masyarakat internasional berharap, langkah ini bisa menjadi awal perdamaian yang lebih permanen di Gaza.(UA/Red)