
Kasus ini juga bikin kita sadar bahwa pendidikan seks di Indonesia masih jadi topik yang pelik. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud), banyak sekolah yang masih bingung cara menyampaikan materi reproduksi. Padahal, pendidikan seks yang baik bisa mencegah hal-hal seperti kehamilan remaja atau penyakit menular seksual.
Di era digital, tren pendidikan seks juga mulai bergeser. Banyak platform online yang menyediakan konten edukasi reproduksi dengan bahasa yang lebih santai dan ramah remaja. Misalnya, akun Instagram seperti @edukasiseks_id yang punya ribuan pengikut. Mereka pakai infografis dan video pendek untuk menjelaskan anatomi tubuh tanpa bikin orang risih. Mungkin, guru bisa belajar dari pendekatan ini ketimbang minta siswa gambar alat kelamin secara langsung.
Setelah kasus ini, pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Jawa Barat berjanji akan mengevaluasi metode pengajaran Biologi di SMA. Mereka juga akan memberikan sanksi kepada Wety, meski belum jelas apakah dia benar-benar akan dipecat seperti ancaman Dedi Mulyadi.
Tapi, lebih dari sekadar sanksi, kasus ini harus jadi momentum untuk memperbaiki sistem. Guru nggak cuma perlu kreatif, tapi juga bijak dalam memilih metode. Siswa juga berhak dapat pendidikan yang nggak cuma informatif, tapi juga nyaman dan sesuai dengan usia mereka.
Jadi, apa pendapat kamu soal kasus guru minta siswa gambar alat kelamin ini? Apakah ini cuma salah paham atau memang pelanggaran serius? Yang jelas, dunia pendidikan harus terus berbenah agar kejadian serupa nggak terulang.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News