PERISTIWA – JAKARTA, Google resmi meluncurkan fitur “Berita Pilihan” di Indonesia, Selasa (28/5/2025), sebagai upaya memudahkan pengguna mengakses informasi berkualitas sekaligus memerangi hoaks. Fitur ini menampilkan berita terkurasi dari media terpercaya, dilengkapi alat verifikasi fakta dan konteks tambahan untuk berita sensitif.
Apa Itu “Berita Pilihan”?
Dalam konferensi pers virtual, Direktur Google Asia Tenggara, Randy Jusuf, menjelaskan bahwa fitur ini dirancang untuk menjawab tantangan banjir informasi dan misinformasi di Indonesia. “Pengguna sering kesulitan membedakan berita valid dan hoaks. ‘Berita Pilihan’ akan menyajikan konten dari media mitra terverifikasi, dengan penanda khusus seperti fact-check banner* dan ringkasan konteks,” ujarnya.
Fitur ini terintegrasi di Google News dan pencarian berbahasa Indonesia. Pengguna juga bisa menyesuaikan topik favorit, seperti politik, kesehatan, atau teknologi, dengan prioritas sumber yang telah lolos audit kredibilitas oleh tim Google.
Kolaborasi dengan Media Lokal dan Inisiatif Literasi
Google menggandeng 50 media nasional dan lokal sebagai mitra awal, termasuk Kompas, Tempo, Kumparan, dan media daerah seperti Tribun Jabar. Setiap konten dari mitra akan mendapat label “Sumber Terverifikasi” dan diutamakan di hasil pencarian.
Tak hanya itu, Google juga meluncurkan program pelatihan literasi digital untuk jurnalis dan masyarakat. “Kami akan gelar workshop di 15 kota, mulai dari Aceh hingga Papua, untuk meningkatkan pemahaman publik tentang cara mengidentifikasi hoaks,” tambah Aulia Marisa, Manajer Kebijakan Publik Google Indonesia .
Respons Publik dan Tantangan ke Depan
Peluncuran ini disambut positif oleh Dewan Pers. Ketua Dewan Pers, menyebut inisiatif ini langkah konkret untuk memperkuat ekosistem media. “Fitur ini bisa jadi ‘penyelamat’ bagi media kecil yang kalah bersaing dengan konten sensasional,”
Namun, beberapa netizen seperti @DianSurya23 di Twitter menyoroti risiko bias algoritma: “Bagaimana jika Google hanya mengutamakan media besar? Media independen harus tetap dapat ruang.” Menanggapi ini, Randy Jusuf menegaskan bahwa kriteria mitra terbuka dan transparan, dengan fokus pada akurasi dan keberimbangan.(UA/Red)