
Burnout tidak hanya berdampak pada individu, tapi juga perusahaan. Karyawan yang burnout cenderung kurang produktif, sering absen, dan bahkan resign. Studi Deloitte 2023 menyebutkan, perusahaan di AS kehilangan hingga $500 miliar per tahun akibat turnover dan penurunan produktivitas karena burnout.
Dampak lain termasuk:
Mengenali burnout sejak dini sangat penting. Banyak orang tidak sadar mereka sedang burnout karena menganggapnya sebagai stres biasa. Coba tanyakan pada diri sendiri:
Jika jawabannya ya, mungkin Anda sedang mengalami burnout. Jangan ragu untuk mencari bantuan, baik dari rekan kerja, atasan, atau profesional seperti psikolog.
Mencegah burnout jauh lebih baik daripada mengobatinya. Berikut langkah-langkah praktis yang bisa diterapkan oleh karyawan dan perusahaan:
Untuk Karyawan
Untuk Perusahaan
Jika burnout sudah terlanjur terjadi, jangan panik. Ada cara untuk pulih dan kembali produktif. Pertama, akui bahwa Anda sedang tidak baik-baik saja. Bicarakan dengan orang terpercaya, seperti teman atau keluarga. Jika perlu, konsultasikan dengan psikolog untuk terapi perilaku kognitif (CBT), yang terbukti efektif menangani burnout.
Langkah lain termasuk:
Di era digital, banyak perusahaan mulai menggunakan teknologi untuk mengatasi burnout. Aplikasi seperti Headspace atau Calm menawarkan meditasi dan latihan mindfulness yang membantu karyawan relaks. Beberapa perusahaan juga menerapkan AI untuk memantau beban kerja dan mendeteksi tanda-tanda burnout melalui pola komunikasi karyawan.
Selain itu, konsep “quiet quitting” dan “work-life integration” jadi tren di kalangan pekerja milenial dan Gen Z. Mereka lebih memprioritaskan keseimbangan hidup daripada mengejar karier secara agresif. Menurut laporan LinkedIn 2024, 62% pekerja muda memilih perusahaan yang menawarkan fleksibilitas dan program kesejahteraan.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News