
JEMBER, Pelitaonline.co – Sejauh ini opini yang berkembang di masyarakat, bahwa menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) butuh uang banyak supaya menang dalam pesta Demokrasi.
Namun, bagi Mufid Justru barokah doa guru alias kyai yang membuatnya berhasil duduk di Jajaran DPRD Jember saat ini.
“Waktu itu saya di telfon oleh guru saya Kiai Muhyiddin, katanya kamu nyalon?, keesokan harinya saya sowan di rumah kyai, saya tanyakan, nyalon apa? seperti itu, pada tahun 2009, ya DPR,” ujar Mufid Saat di Konfirmasi di Caffe baratnya Kantor DPRD Jember, Senin (28/6/2021)
Menurutnya, perintah tersebut langsung dituruti, sebagai bentuk taat terhadap guru. “Saya bilang, ya kyai. Tidak berapa lama, saya dipaggil lagi, saya tidak boleh teruskan, soalnya nyalon, itu biayanya banyak, jadi bantu-bantu teman aja yang nyalon di provinsi dan pusat,” curhatnya
Waga Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari ini mengaku, pada tahun 2014, kiai kembali memanggil, supaya ikut pemilihan Legislatif (Pileg) lagi. Walaupun secara materi tidak siap, “Tapi ya restu guru itu yang nomor satu,” ucapnya.
Namun, setelah tiga bulan setelah itu, sambung Mufid, Kyai memanggil lagi, supaya mengurungkan niatan untuk maju di Pileg tersebut.
“Karena banyak contoh, sudah habis sekian ratus juta, tidak jadi. Bagi saya yang penting itu bukan berapa uangnya, tapi restu guru itu, jadi ya saya manut saja,” bebernya
Namun, pada akhir tahun 2017, ketika menjabat sebagi Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB) Sumbersari, Mufid mengaku bahwa Kyai memanggil lagi supaya nyalon di Pileg 2019.
“Sebenarnya saat itu, secara keuangan lebih siap di tahun 2009 dan 2014, karena di akhir tahun 2017, saya nikahkan anak saya, jadi secara keuangan gak siap lah pada saat itu, “terangnya
Oleh karena itu, Santri Pondok Pesantren Nuris Kabupaten Jember ini tetap nekat mau dalam percaturan Pileg 2019, sebab Kyai telah memberikan doa restu. “Sampai dikawal, mulai dari pendaftaran hingga mendapatkan nomor urut di Daerah Pilih (Dapil) 3,” bebernya
Uniknya, saat itu, Kyai menganjurkan supaya kampanye setelah tahun 2018 digelar, artinya tiga bulan sebelum pencoblosan, sehingga hal itu, Mufid mengaku kebingungan atas saran gurunya tersebut.
“Soalnya semuanya, sudah punya persiapan, sementara saya belum apa-apa, persiapan cuma tiga bulan,” terangnya.
Maka, pada awal tahun 2019 Mufid mengatakan baru membentuk tim pemenangan, sehingga kampanye berjalan hanya dua bulan.
“Febuari dan Bulan Maret itu normalnya, soalnya bulan April 2019 itu sudah pemilihan, jadi cuma dua bulan, saya cari suara,” katanya
Lebih jauh lagi, yang perlu diperjuangkan saat itu, kata dia, mengembalikan suara Partai di Kecamatan Sumbersari yang sedang terpuruk.
“Soalnya, PKB 2004 itu bisa memperoleh suara 14.000, tapi pad tahun 2014 turun jadi 4.000 suara, itu yang membuat saya bingung cari cara membalikan keadaan itu,” terangnya
Ketika saat pemilihan 2019, ternyata suara PKB naik menjadi 8.000, sehingga hal itulah setidaknya membuat bangga.
“Lalu saya sampai kan ke Kyai, bahwa target suara PKB naik di Sumbersari sudah terlaksana, ya sudah, dan Kyai bilang kalau kalah menang itu hal yang biasa, lebih dari itu adalah ketaatan saya kepada guru,” katanya
Dari perjalanan politik itulah, Mufid mengaku pengabdian terhadap seorang guru itu perlu perjuangan, sebab memperoleh barokah doa nya itu yang tidak bisa diukur dengan uang.
“Orang mudah mengucapkan pengabdian, tetapi melaksanakannya itu memang berat dirasakan, namun selama itu diniati dengan ikhlas pasti doa Kyai itu akan nyambung,” tandasnya
Diketahui, kini Mufid menjadi Anggota DPRD Jember yang duduk di Komisi C, melalui jalur Pengganti Antar waktu (PAW). (Awi/Yud)
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News