EKONOMI – JAKARTA, 16 Juni 2025. Pada 13 Juni sampai 16 Juni 2025, ketegangan antara Israel dan Iran meningkat menjadi serangkaian serangan udara dan balasan rudal yang menimbulkan kekhawatiran akan meluasnya konflik di Kawasan Timur Tengah. Selain korban jiwa dan kerusakan infrastruktur, eskalasi ini berdampak nyata pada berbagai sektor ekonomi global, termasuk harga emas, minyak mentah, pasar kripto, serta indikator perekonomian lain yang turut memengaruhi kondisi di Indonesia.
Perang Israel Dengan Iran Berdampak Pada Harga Emas
Harga emas melonjak tajam sebagai aset safe-haven di tengah ketidakpastian geopolitik. Pada perdagangan Senin 16 Juni, spot gold naik 0,6% mencapai US$3.372,46 per ounce, menyentuh posisi tertinggi dalam hampir dua bulan. Lonjakan ini dipicu kekhawatiran akan meluasnya konflik yang dapat mengganggu pasokan energi serta memicu inflasi global.
Perang Israel Dengan Iran Harga Minyak Mentah
Konflik memperburuk kekhawatiran gangguan pasokan dari Timur Tengah, sehingga harga minyak merangkak naik:
- Brent crude mencatat kenaikan 2,3% menjadi sekitar US$75,93 per barel pada sesi Asia Senin pagi.
- WTI naik 2,2% mencapai US$74,60 per barel.
Lonjakan harga minyak ini disebabkan potensi ancaman terhadap rute pengapalan di Selat Hormuz, jalur strategis yang mengalirkan sekitar 20% konsumsi minyak global.
Perang Israel Dengan Iran Respon Pasar Kripto
Pasar kripto menunjukkan volatilitas namun relatif bertahan di tengah ketegangan:
- Bitcoin (BTC) diperdagangkan sekitar US$105.000, sedikit melemah dari puncak di atas US$106.000, sebelum kemudian berkonsolidasi pada zona US$104.000–106.500.
- Ethereum (ETH) bergerak di kisaran US$2.550–2.575, mencatat kenaikan moderat didukung aliran institusional.
Walaupun terjadi likuidasi posisi senilai lebih dari US$1 miliar pada gelombang awal konflik, kripto kembali dipandang sebagai diversifikasi portofolio saat ketidakpastian pasar meningkat.
Perang Israel Dengan Iran Dampak Arus Modal dan Pasar Keuangan Asia
Pasar saham Asia membukukan resilien walau dibayangi konflik:
- Indeks Nikkei 225 menguat 0,8%.
- Hang Seng turun 0,1% di tengah penurunan saham real estate dan asuransi. Investor mengalihkan posisi ke aset safe-haven seperti obligasi AS, yen Jepang, dan franc Swiss sehingga menguat terhadap dolar.
Nilai Tukar Rupiah Akibat Perang Israel Dengan Iran
Sentimen safe-haven global turut menekan rupiah dengan depresiasi tipis sekitar 0,04% ke IDR16.310 per USD pada Senin pagi. Intervensi Bank Indonesia masih diperlukan untuk menahan fluktuasi berlebihan selaras dengan stabilisasi makroprudensial.
Harga Beras dan Inflasi Pangan di Indonesia Akibat Perang Israel Dengan Iran
Meski tidak ada gangguan langsung pada rantai pasok beras global, kenaikan harga minyak dan logistik memengaruhi biaya distribusi pangan. Data BPS menunjukkan harga beras medium di Jakarta mencapai Rp13.900/kg, melampaui HET Rp12.500/kg. Kenaikan ini berpotensi menambah tekanan inflasi komoditas pangan di tingkat konsumen meski inflasi umum pada Mei tercatat rendah di 1,60% YoY.
Kenaikan harga minyak global berdampak pada biaya transportasi udara dan laut sehingga ongkos penerbangan dan logistik ekspor Indonesia meningkat. Hal ini dapat menahan pemulihan sektor pariwisata dan menambah biaya ekspor komoditas seperti tekstil dan elektronik ke pasar utama.
Implikasi bagi Kebijakan Indonesia Stabilisasi Pasokan Pangan Perlu percepatan operasi pasar dan penambahan cadangan beras Bulog untuk meredam volatilitas harga pangan domestik.
Moneter dan Nilai Tukar BI harus memperkuat intervensi pada pasar spot dan perdagangan berjangka untuk menjaga stabilitas rupiah.
Energi dan Subsidi Pemerintah perlu meninjau alokasi subsidi BBM dan LPG untuk mengurangi beban masyarakat akibat kenaikan harga minyak global.
Diversifikasi Aset Keuangan Mendorong pelaku industri keuangan memperluas opsi investasi termasuk kripto sebagai alternatif safe-haven dalam kerangka regulasi yang memadai.
Dengan berbagai tekanan eksternal dari konflik Timur Tengah, Indonesia perlu mengoptimalkan kebijakan fiskal, moneter, dan cadangan strategis untuk meredam efek negatif terhadap stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi domestik.(UA/Red)