BerandaBeritaViral Proyek "Kembar", Proyek Pendopo Bupati

Viral Proyek “Kembar”, Proyek Pendopo Bupati

- Advertisement -spot_img

JEMBER, Pelitaonline.co- Rully Efendi, kembali membuat heboh dunia maya dengan cuitannya. Kendati tidak lagi berkecimpung langsung di dunia kewartawanan, daya kritisnya tidak luntur terlebih terhadap kebijakan pemerintah.

Melalui akun Facebooknya, dengan nama sama. Mantan jurnalis berlisensi tersebut, menulis narasi dengan judul “Pagu Dibuat Seragam apa Sembarangan?”.

Dia menulis, baru dilantik jadi Bupati Jember, Hendy Siswanto langsung perbaiki rumah dinasnya. Bermaksud menyindir bupati. Alih-alih memperbaiki rumah warga wong cilik, bupati dinilainya ambisius dengan merenovasi rumah dinasnya pakai uang rakyat sebesar Rp. 3.798.760.000.

Menurut Rully, seharusnya Bupati Hendy mengedepankan kepentingan hunian rakyatnya yang miskin ketimbang membuat mewah rumah dinasnya. “Semisal duit sebanyak itu diperuntukkan bedah rumah repot warga Jember, maka akan ada sekitar 250 unit rumah si miskin tertolong Pemkab Jember,” kata Rully dari perhitungannya.

Pemuda asli Kecamatan Tanggul ini, juga menyoroti adanya keanehan dalam rencana anggaran yang disusun tim Bupati Hendy. Kesannya, ada bagi-bagi kue dalam pelaksanaan proyek renovasi rumah dinas.

Uang sebanyak hampir 4 miliar itu dipecah hingga jadi 20 paket. Mayoritas angkanya dibuat seragam. Tercatat, ada 18 paket proyek dengan nilai pagu sama persis yakni Rp 199.690.000. Sedangkan sisanya, 2 paket proyek juga dengan pagu yang sama Rp. 102.170.000.

Semakin membuatnya curiga, pemecahan paket proyek juga terkesan dipaksakan. “Saya merasa geli. Anda pun boleh merasa seperti saya. Kenapa? Selain dipecah belah hingga sekodi, rupanya pagu dibuat seragam. Menandakan dibuat sembarangan. Asal di bawah angka Rp 200 juta,” bebernya.

Pegiat media sosial ini menambahkan, fakta temuan Angak Ho Connection, perbaikan kolam ikan dan kolam renang, anggarannya dibuat sama dengan pagu Rp 102.170.000. “Ya kok aneh. Harga kolamnya ikan disamakan dengan kolamnya tempat bupati mandi,” ucap Rully heran.

“Kembali, terkesan sangat dipaksakan menghindari lelang. Saat membaca data paket pekerjaan paving. Sangking ketaranya, sampai-sampai pekerjaannya dibuat dua paket. Paving Paket 1 dan Paving Paket 2. Padahal di satu tempat,” imbuhnya.

Dari cuitan Rully terlihat, ada ide busuk dari tim perencana renovasi rumah dinas bupati. Lebih ke cara menghindari tender. Soal pengecatan tembok saja, lagi-lagi dibuat dengan membagi ke dalam 2 paket dengan pagu yang sama, Rp 199.690.000.

“Kenapa harus dipecah? Kalau tak dipecah jadi dua, pagunya bisa Rp 399.380.000. Karena lebih dari Rp 200 juta, maka sesuai aturan harus ditender bin lelang,” terangnya.

Beberapa literasi tentang biang korupsi, disebut Rully dengan memakai siasat pecah proyek. Sebab sesuai aturannya, anggaran proyek negara di atas Rp 200 juta, maka pemerintah harus melelangnya. Membuat tender dengan rekanan. Namun jika dipecah begitu, maka pemerintah tinggal menunjuk rekanan sesuai penilaian subyektifnya.

“Nah di situ kerawanan korupsi yang patut kita kontrol,” pesannya. (Mam)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

#TRENDING TOPIC

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini