Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Rumah Sandal Ala Santri di Rowosari Dikunjungi Ketua Komisi A DPRD Jember

Ketua Komisi A DPRD Jember saat berkunjung ke Sandal Ala Santri (foto: Saiful untuk Pelitaonline.co)

JEMBER, Pelitaonline.co – Ketua Komisi A DPRD Jember, Tabroni SE hari Rabu (04/08/2021) mengunjungi rumah usaha ‘sandal Ala santri’ miliknya Ahmad Taufik (41) di Dusun Gardu Tengah Desa Rowo Sari.

Dalam kunjungannya tersebut ia didampingi oleh Kepala Desa Rowo Sari dan 4 orang mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Unmuh yang sedang magang kerja di sana.

Tampak, ketika Tabroni berbincang dengan pemilik UMKM sandal tersebut, ia bertanya banyak hal terkait proses produksinya, pemasarannya sampai kendala-kendala yang dihadapinya.

“Kalau sandal yang ini berapa harganya, pak? Bagaimana cara sampean membuat sandal yang ada namanga orang seperti ini?” tanya dia.

Selain itu, ia juga menyerap aspirasi kendala-kendala yang dikeluhkan oleh si Taufik, mulai dari keinginannya membuat merek pada sandalnya, anjloknya permintaan pasar, minimnya peralatannya hingga ketidakpahamannya dalam mengurus perijinan UMKM-nya.

Mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaku UMKM sandal ala santri tersebut, sebelum pamit untuk mengunjungi UMKM Batik Tulis di Ledok Ombo, Tabroni mengatakan akan secepatnya berkoordinasi dengan pihak terkait supaya kendala yang dihadapi UMKM  tersebut lekas teratasi.

“Nanti saya bantu berkoordinasi dengan Disperindag terkait perijinannya. Dan adik adik mahasiswa ini bisa kawal supaya beliau ini dapat ijin usaha dan bantu pemasarannya dengan di online, kan!. Terkait pemasarannya nanti kita bersama-sama Bu Kades, Dinas Pariwisata dan lain lain akan membantunya,” pungkasnya.

Perlu diketahui,  Di kabupaten Jember belum pernah ada usaha yang serupa sandal ala santri miliknya Taufik ini. Sandal ini hanya diproduksi berdasar pesanannya pembeli.

Model usaha sandal seperti ini dilatari oleh kebiasaan anak-anak pesantren yang menuliskan nama diri di alas sandal jepitnya. Tujuannya, supaya tidak tertukar dengan milik temannya. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama dan kemudian  membudaya di pesantren.

Setiap sandal pesanan yang selesai dibuat, Taufik menghargainya paling rendah 40 ribu, paling tinggi  70 ribu.

Menurut Taufik, setiap pembeli akan diberi garansi service selama 1 bulan. Garansi ini berupa perbaikan jika ada tali sandalnya yang putus, mengelupas dan lain lain.

Namun diluar garansi, untuk ongkos perbaikannya dikenai biaya 15 ribu. Bahkan jika ada sandal santri yang hilang sebelah karena hilang, maka bisa dibuatkan lagi, asalkan kondisi sandal sebelahnya masih bagus.

“Terkadang kan ada teman-teman santri yang nakal, menyembunyikan sandal sebelah milik temannya, nah itu bisa kami buatkan lagi yang hilang itu. Asalkan masih kondisi bagus,” celotehnya.

Selain tertulis nama si pembeli, sandal santri ini dari segi bahan dasarnya, berkualitas sangat tebal dan tahan air. Sehingga, saat dipakai oleh penggunanya sangat kuat dan tahan lama untuk beraktifitas apa saja.

Dampak Korona,
modal 35 Juta-nya Belum Balik

Untuk modal awal, Taufik dan isterinya bersepakat  menjual mobil panther 9-nya untuk  pembelian alat produksi sandal yang memadai.

Mobil itu pun terjual dengan harga Rp 25 juta. Uang senilai itu ternyata tidak cukup membeli semua alat produksi yang dibutuhkan. Terpaksa ia pun berhutang pada saudaranya sebesar 10 juta untuk menambah pembelian alat.

“Uang 35 juta itu, kami belikan alat seperti, mesin jahit, mesin pemotong, belanja bahannya dan lain-lain,” ungkapnya.

Berselang 4 bulan usahanya berjalan, tanpa dinyana ada badai pandemi covid 19 yang menyerang negara ini. Sehingga mengakibatkan jalannya usaha mulai terseoak-seok atau bahkan bisa dikatakan mati suri.

” Sekarang bisa membuat sandal 10 saja sehari sudah sangat beruntung bagi kami,” ucapnya dengan nada sedih.

Sebelum pandemi mematikan itu terjadi,  pesanan sandal santrinya banyak datang dari kalangan pesantren. Setiap pesantren, biasanya memesan sandal 70 buah sampai 100 buah.

Seiring aktifitas pesantren yang diliburkan karena pandemi, pesanan sandalnya tak ada satu pun yang datang. Sementara hutangnya yang 10 juta untuk penambahan modal awalnya sampai kini belum mampu mengembalikannya (Yud)

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Berita Serupa