Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Pupuk Bersubsidi di Jember Langka, Harga Pupuk Non-Subsidi Melambung

Salah satu petani bersiap tanam di desa Sumberrejo, tetapi pupuk bersubsidi langka (foto: Nawawi)

JEMBER, Pelitaonline.co – Keberadaan Pupuk Bersubsidi di Desa Sumberrejo Kecamatan Ambulu kian sulit dan langka diperoleh para petani. Sedangkan, harga pupuk yang Non-subsidi pun kian mahal.

Sehingga petani di wilayah Selatan Kabupaten Jember kelimpungan untuk mencari pupuk Bersubsidi. “Sekarang saja, untuk memperoleh pupuk bersubsidi sulit, karena di semua kios habis dan harga yang Non – Subsidi dua kali lipat dari harga sebelumnya,” ujar Mujari salah satu petani di desa Sumberejo, Rabu (19/1/2021)

Misalkan, harga pupuk Za yang Non-Subsidi, sekarang harga eceran perkilo gram mencapai 8 ribu. Padahal beberapa bulan lalu hanya 4 ribu,” kalau eceran ya per kilonya segitu, satu sak atau per kwintalnya berapa wes,” kata Mujari

Menurut Saprodi salah satu Kelompok Tani Harapan Maju Desa Sumberrejo Anwar Musadad, kelangkaan pupuk Bersubsidi, disinyalir penyebab utama, karena ada pengurangan kuota oleh Pemerintah.

“Tahun kemarin di Acc sekitar 60 persen dan sekarang yang di Acc itu hanya sekitar 34 persen,” kata Pria yang kerap disapa Aan ini.

Sehingga berimbas pada pupuk bersubsidi yang didatangkan kepada kelompok-kelompok tani di setiap bulannya beda-beda yakni antara 7 sampai 9 ton, tergantung pengajuan dari kelompok.

“Itu pun tidak cukup dengan luas hamparan atau sawah yang dimiliki semua anggota yakni 80 hektaran. Itu kelompok disini,” terang Aan.

Akibatnya, kata Aan petani berebut untuk membeli pupuk bersubsidi. Sebab segala bentuk tanaman mereka, pasti membutuhkan pupuk, apalagi Phonska yang paling langka.

“Karena untuk Phonska di Acc oleh Pemerintah hanya 34 persen, ZA 97 Persen, untuk organik 29 persen,” Jelasnya.

Artinya, lanjut Aan dari Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi yang telah diajukan pada pemerintah tidak di setujui 100 persen.

“RDKK yang diajukan ke pemerintah Tahun kemarin itu sekitar 77 ton dan yang di Acc hanya 34 persen atau kisaran 26 ton, itupun masih dibagi dengan kios-kios lain,” jlentrehnya.

Adapun harga satuan untuk pupuk subsidi sambung Aan, cukup bervariatif dari beberapa unit, untuk ZA satu karung 85 ribu, Urea 112 ribu lima ratus, Phonska 115 ribu dan Petorganik 32 ribu Rupiah.

Ketua Kelompok Tani Harapan Maju Desa Sumberejo Sugiono menerangkan bahwa, sebenarnya jatah pupuk bersubsidi dari pemerintah itu cukup. Hanya terkadang ada orang dari daerah luar, mengambil di wilayah hamparan lain.

“Ya itu tadi karena rebutan, orang luar juga ngambil disini. Misalnya warga Desa Sabrang, mengambil di Desa Sumberejo, akhirnya Petani daerah Sumberejo kebingungan dan kurang dan toko mau memantau dari orang mana kan tidak bisa,” katanya

Juga adanya sebagian petani yang memiliki lahan persawahan luas, melakukan penimbunan pupuk, untuk masa tanam berikutnya. Namun penimbunan yang dilakukan bukan untuk dijual lagi, tetapi untuk masa tanam yang akan datang.

“Biasanya petani sendiri nimbun, biasanya yang tanam Tembakau atau Kubis yang membutuhkan Pupuk Urea banyak itu pasti nimbun. Artinya untuk konsumsi sendiri, khawatir ada kelangkaan pupuk,” ungkap Sugiono.

Selain itu, persoalan lain yang menyebabkan pupuk subsidi langka, jelas Sugiono, dikarenakan keberadaan petani yang di area perhutani, sehingga membuat mereka pemilik hamparan persawahan kekurangan jatah.

“Daerah hutan kan tidak mempunyai atau ada jatah pupuk, karena luas area perhutani yang ditanami tanaman pangan oleh petani, sekarang lebih lebar,” bebernya.

Para petani, terkadang juga memiliki lahan di hamparan sawah, juga punya di area perhutani, sehingga hal semacam ini membuat dilema para pemilik kios pupuk. “Nanti kalau tidak dilayani, katanya pupuk kok tidak dijual, tapi petani itu juga punya area.” Tandasnya. (Awi/Yud)

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Berita Serupa