Kronologi Operasi: Puluhan Bendera Ormas Dicopot di Mana Saja?
Operasi ini berlangsung serentak di berbagai wilayah Jakarta. Di Jakarta Timur, polisi mencopot 14 bendera ormas, terdiri dari 10 bendera Forum Betawi Rempug (FBR) dan empat bendera Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB Jaya).
Jakarta Pusat menjadi pusat perhatian dengan 109 bendera dan dua spanduk diturunkan, terutama di Kecamatan Sawah Besar yang mencatat 32 bendera. Di Jakarta Utara, bendera FBR, GRIB Jaya, dan Forkabi juga tak luput dari penertiban, dengan 10 atribut dicopot di Cilincing.
Operasi ini berlangsung selama 15 hari, mulai 9 hingga 23 Mei 2025, melibatkan 999 personel gabungan dari Polri, TNI, dan Pemprov DKI. Kapolda Metro Jaya, Irjen Karyoto, menegaskan bahwa operasi ini menargetkan premanisme, baik perorangan maupun kelompok yang mengatasnamakan ormas.
Dampak dan Tujuan Operasi Brantas Jaya 2025
Operasi ini bukan hanya soal mencopot bendera. Ada tujuan besar di baliknya. Berikut beberapa poin penting:
- Mencegah Konflik: Bendera ormas sering memicu gesekan antar kelompok. Penertiban ini bertujuan menjaga netralitas ruang publik.
- Mengurangi Intimidasi: Simbol ormas kerap membuat warga merasa terancam. Operasi ini ingin menciptakan rasa aman bagi masyarakat.
- Menegakkan Hukum: Polisi menegaskan bahwa tidak ada kelompok yang boleh mendominasi ruang publik tanpa izin.
Selain itu, operasi ini juga menangkap pelaku pemalakan, seperti dua orang di kawasan Tanah Abang yang memaksa warga membayar hingga Rp20.000. Langkah ini mendapat dukungan dari Wakil Ketua Komisi III DPR, Ahmad Sahroni, yang menyebut penertiban ini tepat karena atribut ormas sering mengganggu masyarakat.
Respons Masyarakat dan Pemerintah
Reaksi masyarakat terhadap operasi ini cukup positif. Di platform X, banyak warga memuji langkah polisi untuk menertibkan ormas yang dianggap meresahkan. Salah satu unggahan menyebut, “Tindakan ini bagian dari operasi anti-premanisme yang digelar di seluruh Jakarta.” Pemprov DKI Jakarta juga mendukung penuh penertiban ini, khususnya terhadap ormas tak berizin, untuk mencegah premanisme dan menjaga ketertiban.
Namun, tidak semua ormas dianggap bermasalah. Irjen Karyoto menegaskan bahwa operasi ini menargetkan perilaku individu, bukan institusi ormas secara keseluruhan. “Ormasnya baik, tapi perilaku premanisme dari anggotanya yang kami tindak,” ujarnya. Pendekatan ini diharapkan dapat membedakan antara ormas yang taat hukum dan oknum yang melanggar.
Langkah ke Depan: Apa Selanjutnya?
Operasi Brantas Jaya 2025 bukan akhir dari upaya menjaga ketertiban. Polisi berencana melanjutkan patroli rutin untuk mencegah pemasangan atribut ormas yang tidak sesuai ketentuan. Unsur intelijen juga dilibatkan untuk mendeteksi potensi premanisme sebelum menjadi masalah besar.
Masyarakat juga diminta berperan aktif. Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Zain Dwi Nugroho, mengimbau warga melaporkan tindakan premanisme melalui hotline 110 atau WhatsApp pengaduan. Partisipasi publik menjadi kunci untuk menjaga Jakarta tetap aman dan kondusif.