“Perusahaan Tambang Berizin PT. SBS Terlibat”
JEMBER, Pelitaonline.co – Keberadaan Jember yang banyak memiliki gumuk, sampai membuatnya dijuluki kota seribu gumuk. Tentu sangat potensial. Terlebih nyaris tak ada daerah lain, yang kepemilikan gumuknya melebihi Jember.
Kondisi demikian, membuat akademisi nasional turun ke Jember, melakukan penelitian akademis. Tak tanggung, tim peneliti menggabungkan dua kampus ternama seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Jember (Unej), yang didampingi praktisi dan perusahaan tambang berizin usaha pertambangan : PT. Sedaya Berkah Sentosa (SBS).
Tentu, para anggota tim penelitian memiliki kompetensi. Bahkan, tim penelitian tersebut merupakan gabungan dari kelompok keahlian Eksplorasi Sumber Daya Bumi (ESDB) FTTM ITB; Kelompok Keahlian Petrologi, Volkanolog, dan Geokimia (PVG) FITB ITB; Program Studi Teknik Pertambangan FT Universitas Jember; dan mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan dan Magister Rekayasa Pertambangan FTTM ITB, yang tergabung dalam Program Riset Unggulan ITB 2021.
Dosen Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB, Mohamad Nur Heriawan, Ph.D. menyatakan wilayah persebaran penelitiannya dibagi menjad tiga, yaitu wilayah utara yang terdiri dari Sukowono dan Sumberjambe; wilayah tengah Ledokombo, Kalisat, dan Pakusari; dan wilayah selatan Mayang, Kalisat, dan Sumbersari.
“Melalui survei ini, dilakukan pula pengambilan sampel fragmen batuan yang diambil dari 13 lokasi yang diteliti di Laboratorium Mineralog, Mikroskopi, dan Geokimia FTTM ITB. Kemudian, sampel ini dianalisis petrografi untuk mengetahui jenis haman penyusun gumuk. Berdasarkan penelitian, ada dua jenis material penyusun gumuk ini, yaitu breksi tufaan dan pasir tufaan,” jelasnya.
Peneliti lulusan Paris School of Mines, Prancis, itu menyampaikan, menurut Peta Geologi Lembar Jember (1992), wilayah penelitian ini dibagi menjadi tiga formasi batuan, yaitu Formasi Bagor, Formasi Gunug Api Raung, dan Tufa Argopuro.
Penelitian terkait penyebaran gumuk pernah dilkukan oleh NASA melalui citra SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) pada tahun 2000. Analisis multitemporal berdasarkan citra ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) oleh NASA juga dilkukan untuk mengetahui perubahan penyebaran gumuk dari tahun 2000 hingga 2020. Analisis ini dapat memperkirakan jumlah gumuk yang ditambang beserta lokasinya sehingga dapat diketahui keberadaan gumuk di Kabupaten Jember saat ini.
“Penelitian tak terhenti pada April 2021 saja. Survei secara geofisika (geolistrik tahanan jenis) dilakukan pada 23 – 29 Agustus 2021. Berdasarkan survei tersebut, didapatkan pola sebaran material sirtu yang tersisa di permukaan,” tuturnya.
Harus Jadi Rujukan Arah Kebijakan Pemda
Heriawan mengatakan, hal-hal yang didapatkan melalui penelitian ini diharapkan, menjadi pertimbangan untuk pemerintah daerah terkait penyusunan kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam.
Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan, potensi alam yang dimiliki ‘Kota Seribu Gumuk’ tidak hanya sirtu, tetapi juga bijih besi, batu kapur, mangan, dan emas.
Kajian prosedur pengolahan bahan galian perlu dilakukan agar penambangan tetap memperhatikan kelestarian alam. Pengolahan bahan galian yang tidak tepat dapat menjadi bumerang bagi masyarakat setempat.
Wilayah-wilayah lainnya yang telah berhasil memanfaatkan lokasi bekas tambang dapat menjadi referensi. Namun, dalam hal ini diperlukan pengawasan dan pengarahan pemerintah daerah setempat.
Perusahaan Tambang Lokal Berizin Terlibat
Perusahaan pengelola tambang di Gunung Sadeng Puger : PT Sedaya Berkah Sentosa (SBS), ikut terlibat dalam penelitian tersebut. Keikutsertaan pelaku tambang yang beroperasi di gunung kapur itu, menunjukkan kepeduliannya terhadap investasi pertambangan di Jember.
Sikap PT. SBS pun menunjukkan jatidirinya, bahwa perusahaan tambang kelahiran Jember itu tak hanya berburu keuntungan finansial. Melainkan juga sebagai perusahaan yang taat azas manfaat, bagi kemajuan daerahnya.
Benar saja, ternyata hasil penelitiannya bersama PT. SBS tersebut, mendapat atensi lembaga asing untuk menjadi bahan keilmuaan pertambangan yang berbasis ilmiah. (red)