
Menurut Direktur RSD dr. Soebandi, Dr. dr. I Nyoman Semita, cacing tersebut menyerupai cacing tanah dan diidentifikasi sebagai Ascaris lumbricoides, bukan cacing pita. Operasi yang melibatkan empat dokter spesialis berhasil menyelamatkan nyawa balita tersebut, dan anak itu kini telah pulih serta kembali beraktivitas normal. Kisah ini menjadi viral di platform seperti X, dengan banyak pengguna membagikan berita dan menyuarakan keprihatinan atas kebersihan lingkungan anak-anak.
Menurut Vella Rohmayani, pakar parasitologi dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Ascaris lumbricoides termasuk dalam kelompok soil-transmitted helminth (STH), yaitu parasit yang menyebar melalui tanah yang terkontaminasi telur atau larva cacing. Balita di Jember diduga terinfeksi karena kebiasaan hidup yang kurang higienis, seperti:
Vella menjelaskan bahwa infeksi cacing gelang umumnya tidak mematikan, tetapi jika dibiarkan tanpa pengobatan, dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan pencernaan, anemia, kekurangan gizi, hingga kerusakan pertumbuhan pada anak. Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa infeksi cacing masih menjadi masalah besar, dengan prevalensi mencapai 96% di beberapa wilayah, terutama pada anak usia sekolah.
Kasus ini memicu tanggapan dari berbagai pakar kesehatan, yang menekankan pentingnya edukasi dan pencegahan. Dr. Bela Mayvani, Kepala Staf Medik Fungsional Bedah Anak RSD dr. Soebandi, mengimbau orang tua untuk menjaga kebersihan anak dan memberikan obat cacing secara rutin. Ia juga menyoroti bahwa infeksi ini bisa dicegah dengan perubahan pola hidup sederhana.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News