Menurut studi terbaru dari The Lancet (2024), DAA seperti sofosbuvir dan velpatasvir telah mengubah paradigma pengobatan hepatitis C. Obat ini bekerja dengan menghambat replikasi virus, sehingga tubuh bisa membersihkan infeksi dalam 8-12 minggu. Kelebihan lainnya? Pasien hanya perlu minum pil sekali sehari, tanpa suntikan seperti era interferon.
Jenis-Jenis Obat DAA untuk Pengobatan Hepatitis C
Berikut beberapa jenis DAA yang umum digunakan dalam pengobatan hepatitis C:
- Sofosbuvir/Velpatasvir: Kombinasi ini efektif untuk semua genotipe virus hepatitis C. Biasanya diminum selama 12 minggu.
- Glecaprevir/Pibrentasvir: Cocok untuk pasien dengan genotipe spesifik, dengan durasi pengobatan hanya 8 minggu untuk kasus ringan.
- Ledipasvir/Sofosbuvir: Populer untuk genotipe 1, yang umum di Indonesia.
Obat-obatan ini tersedia di banyak rumah sakit besar di Indonesia, meskipun harganya masih cukup tinggi. Namun, beberapa program pemerintah dan BPJS Kesehatan mulai mencakup pengobatan hepatitis C, membuatnya lebih terjangkau.
Tantangan dalam Pengobatan Hepatitis C di Indonesia
Meski pengobatan hepatitis C telah maju, tantangan masih ada. Pertama, akses ke obat DAA terbatas di daerah terpencil. Kedua, banyak pasien tidak mengetahui status infeksi mereka karena kurangnya skrining rutin. Ketiga, stigma sosial membuat sebagian orang enggan mencari pengobatan. Padahal, semakin cepat diobati, semakin baik hasilnya.
Data Kemenkes RI (2024) menunjukkan hanya 20% penderita hepatitis C di Indonesia yang mendapatkan pengobatan. Hal ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan kampanye kesadaran dan program skrining gratis. Dengan deteksi dini, pengobatan hepatitis C bisa mencegah kerusakan hati yang tidak reversible.
Langkah-Langkah Menjalani Pengobatan Hepatitis C
Bagi yang baru didiagnosis, berikut langkah-langkah dalam pengobatan hepatitis C:
- Tes Genotipe: Menentukan jenis virus untuk memilih obat yang tepat.
- Konsultasi Dokter: Spesialis hati akan merancang rencana pengobatan berdasarkan kondisi pasien.
- Pantau Efek Samping: Meski minim, beberapa pasien mungkin mengalami sakit kepala atau mual.
- Kontrol Rutin: Tes darah berkala memastikan virus benar-benar hilang.
Penting juga untuk menjaga gaya hidup sehat selama pengobatan. Hindari alkohol dan makanan berlemak tinggi, karena bisa memperberat kerja hati.