
BERITA – Vatican, Paus Fransiskus (88), pemimpin spiritual 1,3 miliar umat Katolik sedunia, meninggal dunia pada Senin (21/4/2025) pukul 07.35 waktu Roma setelah berjuang melawan pneumonia ganda yang menyerang paru-parunya yang tersisa. Kematiannya mengakhiri perjalanan luar biasa seorang pemimpin yang selama 60 tahun hidup hanya dengan satu paru-paru utuh sebuah “mukjizat” medis dan ketabahan manusiawi yang menginspirasi dunia.
Paus Fransiskus (nama lahir: Jorge Mario Bergoglio) kehilangan sebagian paru-paru kirinya pada 1957, saat berusia 21 tahun, akibat infeksi pernapasan parah yang tidak tertangani antibiotik pengobatan yang masih langka di Argentina kala itu. Dokter terpaksa mengangkat jaringan paru yang rusak untuk menyelamatkan nyawanya.
Menurut Dr. William Schaffner, pakar penyakit menular, operasi pengangkatan paru-paru adalah prosedur standar di era pra-antibiotik untuk kasus infeksi berat seperti tuberkulosis atau komplikasi batuk rejan. “Dia bertahan dengan satu paru-paru, sesuatu yang sangat langka dan menantang,” jelas Schaffner.
Meski demikian, Paus Fransiskus menjalani hidup aktif: menjadi imam, uskup, hingga terpilih sebagai paus pada 2013. Ia bahkan melakukan perjalanan apostolik ke 60 negara, termasuk tur Asia-Pasifik 2024 ke Singapura dan Indonesia perjalanan udara 20 jam yang membuktikan ketahanan fisiknya.
Kematian Paus Fransiskus dipicu pneumonia bilateral (radang paru ganda) yang menyerang kedua sisi paru-paru. Kondisi ini diperburuk oleh riwayat penyakit pernapasan kronis, termasuk bronkitis akut berulang dan asma.
Pada Februari 2025, Paus dirawat di Rumah Sakit Gemelli, Roma, selama 38 hari periode rawat inap terlama dalam 12 tahun kepemimpinannya. Dokter melaporkan akumulasi lendir di saluran napas, bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan), dan dua kali gagal napas akut yang nyaris merenggut nyawanya.
“Paru-paru yang tersisa sudah bekerja ekstra selama puluhan tahun. Pneumonia ganda membuatnya kehilangan cadangan oksigen yang vital,” jelas Dr. Greg Martin, ahli paru dari Universitas Emory.
Kemampuan Paus Fransiskus bertahan dengan satu paru-paru menjadi kajian medis. Menurut para ahli, manusia bisa hidup normal dengan satu paru, tetapi aktivitas fisik akan terbatas. Namun, Paus membuktikan sebaliknya: hingga usia 87 tahun, ia masih memimpin Misa, berpidato, dan mengunjungi daerah konflik.
Kunci ketahanannya adalah disiplin menjaga kesehatan: menghindari rokok, pola makan seimbang, dan istirahat cukup. Meski sering membatalkan acara akibat flu atau bronkitis, ia jarang mengeluh. “Tubuh kita rapuh, tetapi semangat melayani harus tetap menyala,” tulisnya dalam pesan terakhir Maret 2025.
Kabar wafatnya Paus Fransiskus memicu duka mendalam. Presiden Argentina menyebutnya “suara kaum tertindas”, sementara umat Katolik di Lapangan Santo Petrus berdoa bersama. Pemakaman direncanakan di Vatikan dengan protokol ketat, dihadiri pemimpin global.
Warisan Paus Fransiskus tak hanya soal kesehatan, tetapi juga komitmen pada kemanusiaan. Ensiklik Laudato Si’ (2015) tentang lingkungan dan upayanya mendamaikan AS-Kuba menjadi jejak abadi.(*/Red)
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News