Ponpes Tebuireng: Warisan Sejarah dan Pendidikan

Selanjutnya, ada Ponpes Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, yang juga masuk jajaran ponpes terbesar di Indonesia. Didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 1899, pesantren ini punya peran besar dalam sejarah Nahdlatul Ulama (NU). Saat ini, Tebuireng menampung sekitar 15.000 santri dan terus tumbuh dengan fasilitas modern.

Tebuireng nggak cuma fokus pada pendidikan agama, tapi juga punya sekolah formal, mulai dari SMP hingga universitas. Mereka juga aktif dalam kegiatan sosial, seperti bantuan bencana dan program kesehatan. Beberapa keunggulan Tebuireng meliputi:

• Sejarah kuat: Jadi pusat pengembangan NU dan pendidikan Islam.
• Pendidikan beragam: Dari tahfiz Quran sampai program S1.
• Komunitas inklusif: Menyambut santri dari berbagai latar belakang.

Baru-baru ini, Tebuireng meluncurkan program digitalisasi pembelajaran, biar santri bisa akses materi agama lewat platform online. Keren, kan?

Ponpes Al-Zaytun: Kontroversi dan Skala Besar

Bicara soal ponpes terbesar di Indonesia, Ponpes Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, sering jadi sorotan. Pesantren ini berdiri pada 1996 dan dikenal karena luas arealnya yang mencapai ratusan hektar. Al-Zaytun menampung sekitar 7.000 santri dan punya fasilitas super lengkap, seperti rumah sakit, pasar, hingga stasiun radio sendiri.

Meski begitu, Al-Zaytun juga nggak lepas dari kontroversi. Beberapa isu terkait pengelolaan dan metode pengajaran sempat bikin heboh. Tapi, dari segi skala, pesantren ini memang luar biasa. Mereka punya:

• Kampus megah: Gedung-gedung modern dengan teknologi canggih.
• Pendidikan holistik: Menggabungkan agama, sains, dan keterampilan.
• Fasilitas unik: Dari peternakan hingga studio musik.

Meski ada pro dan kontra, Al-Zaytun tetap jadi salah satu ponpes terbesar di Indonesia yang menarik perhatian karena ambisinya membangun ekosistem pendidikan mandiri.

Ponpes Lirboyo: Pusat Tradisi dan Keilmuan

Di Kediri, Jawa Timur, Ponpes Lirboyo juga layak disebut sebagai ponpes terbesar di Indonesia. Berdiri sejak 1910, pesantren ini menampung lebih dari 10.000 santri. Lirboyo terkenal dengan pendidikan berbasis kitab kuning, tapi juga nggak ketinggalan soal teknologi dan pendidikan formal.

Lirboyo punya vibe yang khas, di mana tradisi dan modernitas berjalan beriringan. Mereka punya program unggulan, seperti:

• Kajian kitab kuning: Fokus pada ilmu agama klasik.
• Pendidikan formal: Dari madrasah hingga perguruan tinggi.
• Kegiatan ekstrakurikuler: Santri dilatih seni, olahraga, hingga kewirausahaan.

Data terbaru menunjukkan Lirboyo terus berinovasi dengan membuka kelas online untuk santri yang nggak bisa datang langsung. Ini bikin Lirboyo makin relevan di era digital.