PERISTIWA – Hari yang seharusnya menjadi perayaan bersejarah bagi jutaan fans Liverpool FC berubah menjadi tragedi mengerikan ketika seorang pria berusia 53 tahun menabrakkan mobilnya ke kerumunan penggemar yang sedang merayakan kemenangan Premier League tim kesayangan mereka. Insiden yang terjadi pada Senin, 26 Mei 2025 sekitar pukul 18:00 waktu setempat di Water Street, pusat kota Liverpool, mengakibatkan 65 orang mengalami luka-luka dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Pelaku yang merupakan pria kulit putih berkebangsaan Inggris asal West Derby telah ditangkap atas tuduhan percobaan pembunuhan, mengemudi berbahaya, dan mengemudi di bawah pengaruh narkoba.
Kronologi Lengkap Insiden Mengerikan di Water Street Tragedi ini terjadi tepat setelah bus terbuka yang membawa para pemain Liverpool FC melintas di area tersebut sekitar 20 menit sebelumnya dalam parade kemenangan mereka meraih gelar Premier League untuk ke-20 kalinya. Saksi mata menggambarkan melihat sebuah people carrier berwarna abu-abu muncul dari samping ambulans dan tiba-tiba mempercepat laju kendaraannya menuju kerumunan fans yang padat. Video yang beredar di media sosial menunjukkan kendaraan tersebut berbelok-belok di jalan sambil menabrak orang-orang di kedua sisi jalan yang ramai.
Setelah benturan awal, kendaraan sempat berhenti sekitar 10 detik, di mana para penggemar yang marah bergegas menuju mobil tersebut dan berusaha memecahkan kaca-kacanya. Namun, pengemudi kemudian mempercepat lagi mobilnya dan terus melaju menembus kerumunan sebelum akhirnya berhenti total. Saksi mata Harry Rashid menjelaskan kepada PA Media bahwa kejadian itu “sangat cepat” dan pada awalnya mereka hanya mendengar “buntak-buntak orang yang terlempar dari kap mobil”.
Petugas pemadam kebakaran dengan cepat tiba di lokasi dan menyelamatkan empat orang, termasuk seorang anak, yang terjepit di bawah kendaraan menggunakan teknik pengangkatan cepat sebelum menyerahkan mereka kepada petugas ambulans. Polisi Merseyside kemudian mengonfirmasi bahwa mereka tidak menganggap insiden ini sebagai aksi terorisme dan tidak mencari tersangka lain.
Dari 65 orang yang terluka dalam insiden ini, 50 orang mendapat perawatan di rumah sakit sementara 20 lainnya diobati di lokasi kejadian karena luka ringan. Di antara korban yang terluka terdapat empat anak-anak, dengan satu anak dan satu orang dewasa mengalami luka serius. Petugas pemadam kebakaran harus menyelamatkan empat orang yang terjepit di bawah kendaraan, termasuk seorang anak, menggunakan teknik pengangkatan cepat sebelum menyerahkannya kepada petugas ambulans.
Hingga Selasa sore, 11 korban masih dirawat di rumah sakit dalam kondisi stabil. Walikota Metro Liverpool City Steve Rotheram melaporkan bahwa empat dari korban yang terluka “sangat, sangat sakit di rumah sakit,” sambil menyatakan harapannya bahwa mereka akan pulih. Layanan Ambulans North West mempertahankan kehadiran yang terlihat di area tersebut setelah insiden, dengan Kepala Pemadam Kebakaran Nick Searle menyatakan bahwa petugas pemadam akan “mempertahankan kehadiran yang terlihat dan menenangkan dalam beberapa hari dan minggu mendatang”.
Dave Kitchin dari North West Ambulance Service mengonfirmasi dalam konferensi pers bahwa “tim kami merawat 20 pasien di lokasi untuk luka ringan ini tidak memerlukan perawatan rumah sakit. Total 27 pasien dibawa ke rumah sakit dengan ambulans”. Untungnya, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dari insiden tragis ini.
Tersangka berusia 53 tahun dari West Derby, Liverpool, ditangkap atas tuduhan percobaan pembunuhan, pelanggaran mengemudi berbahaya, dan mengemudi dalam keadaan tidak layak karena narkoba. Menurut Polisi Merseyside, pria tersebut mengikuti ambulans yang sedang merespons seseorang yang menderita serangan jantung yang diduga melalui blokade jalan yang dibuka sementara sebagai bagian dari rencana manajemen lalu lintas parade. Ambulans tersebut sedang merespons orang yang menderita serangan jantung yang diduga ketika tersangka memanfaatkan kesempatan untuk mengemudikan mobilnya melalui perimeter keamanan.
Detective Chief Superintendent Karen Jaundrill mengonfirmasi bahwa tersangka masih ditahan di mana dia sedang diwawancarai sementara detektif bekerja untuk menetapkan keadaan penuh dari insiden tersebut. Polisi dengan cepat mengklarifikasi bahwa mereka tidak menganggap penabrakkan itu terkait terorisme dan tidak mencari tersangka lain. Pembebasan rincian demografis tersangka yang cepat diidentifikasi sebagai “pria kulit putih Inggris dari daerah Liverpool” sangat cepat, dengan otoritas kemungkinan bertujuan untuk mencegah spekulasi dan misinformasi menyebar online.
Assistant Chief Constable Jenny Sims menjelaskan dalam konferensi pers pada Selasa bahwa polisi percaya pengemudi mobil dapat mengakses jalan setelah mengikuti ambulans yang sedang merawat anggota masyarakat yang mengalami serangan jantung yang diduga, dengan blokade jalan sementara diangkat sehingga kru ambulans dapat merawat individu tersebut. Polisi menegaskan tidak ada intelijen bahwa insiden seperti ini akan terjadi.
Perdana Menteri Keir Starmer menyatakan kekecewaannya di X, menyebut pemandangan itu “mengerikan” dan mencatat bahwa dia terus mendapat informasi terbaru tentang situasi tersebut. “Pikiran saya tertuju pada semua yang terluka atau terdampak. Saya menghargai respons cepat dan berkelanjutan dari polisi dan layanan darurat terhadap insiden yang menyedihkan ini,” kata Starmer. Tim Liverpool FC juga berkomunikasi di X bahwa mereka berada dalam kontak langsung dengan penegak hukum mengenai kejadian tersebut, menyatakan “Pikiran dan doa kami bersama mereka yang terkena dampak situasi serius ini”.
Walikota Metro Liverpool City Steve Rotheram menggambarkan bagaimana “adegan kegembiraan berubah menjadi horor dan kehancuran total,” sementara menekankan dampak emosional yang mendalam dari tragedi ini pada komunitas Liverpool dan penggemar di seluruh dunia. Respons masyarakat lokal juga menunjukkan solidaritas yang luar biasa, dengan banyak warga membantu korban dan bekerja sama dengan petugas darurat di lokasi kejadian.
Insiden Liverpool ini merupakan bagian dari tren yang mengkhawatirkan serangan tabrak lari di seluruh dunia. Pada bulan April, 11 orang tewas dan puluhan lainnya terluka di Vancouver, Kanada selama festival warisan Filipino di kota tersebut. Dua orang tewas bersama dengan 37 yang terluka di Munich, Jerman pada bulan Februari. Pola serangan menggunakan kendaraan sebagai senjata telah menjadi keprihatinan keamanan global yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa otoritas Liverpool dengan tegas menyatakan bahwa insiden ini tidak dianggap sebagai aksi terorisme, dan investigasi sedang berfokus pada motivasi individual pelaku serta keadaan yang memungkinkan akses ke area yang seharusnya ditutup. Fakta bahwa tersangka adalah penduduk lokal Liverpool dan menggunakan kesempatan situasional (mengikuti ambulans) menunjukkan bahwa ini kemungkinan adalah tindakan impulsif daripada serangan yang direncanakan secara sistematis.
Tragedi di Liverpool ini mengingatkan kita betapa rapuhnya momen-momen kebahagiaan kolektif dan pentingnya langkah-langkah keamanan yang komprehensif dalam acara publik besar. Meskipun investigasi masih berlangsung untuk menentukan motif pasti di balik tindakan tersangka, yang jelas adalah bahwa komunitas Liverpool telah menunjukkan ketahanan dan solidaritas yang luar biasa dalam menghadapi tragedi ini. Respons cepat dari layanan darurat dan upaya koordinasi yang efektif antara berbagai instansi telah membantu meminimalkan jumlah korban yang lebih parah.
Ke depannya, insiden ini kemungkinan akan memicu evaluasi mendalam terhadap protokol keamanan untuk acara-acara publik besar, khususnya terkait dengan manajemen akses kendaraan darurat ke area yang ditutup. Sementara Liverpool FC dan komunitas penggemar berusaha pulih dari shock ini, dukungan medis dan psikologis yang berkelanjutan untuk para korban dan saksi mata akan menjadi prioritas utama dalam proses pemulihan jangka panjang.(UA/Red)