
JEMBER, Pelitaonline.co – Sudah jatuh masih tertimpa tangga, mungkin kalimat itu yang pantas bagi seorang wanita bernama Mustaifah warga RT 03 RW 01 Dusun Bregoh Desa Sumberrejo Kecamatan Ambulu.
Bagaimana tidak, rumah yang dibangun dari Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan ditempati bersama Suaminya (Muhadi) kondisinya sudah rusak parah bahkan nyaris ambruk.
Terlihat, bangunan rumah tersebut, mulai dari tembok bagian depan, belakang hingga samping kanan maupun kiri sudah retak semua, memprihatinkan sejak 7 tahun yang lalu.
Selain itu, kepala rumah tangga (suami) bernama Muhadi mengalami Stroke dan sebelumnya, juga pernah operasi Hernia, usus membusuk dan harus di potong dan si buah hati (anak) meninggal dunia.
Kondisi itu, sepertinya sudah diketahui atau dikunjungi oleh pejabat pemerintah setempat. Terbukti terlihat ada stiker bertuliskan Gotong Royong Lawan Covid Jember Peduli Duafa Tahun 2020
menempel di rumah tersebut.
Bahkan, menurut Mustaifah saat dikonfirmasi Pelitaonline.co di rumahnya, Dirinya mengaku pernah juga ada petugas Pendataan Sustainable Development Goals (SDGs) Desa Tahun 2021.
“Kondisi rumah seperti ini, sebenarnya sudah lama, kurang lebih tujuh tahunan lah,” ujar Mustaifah istri Muhadi saat dikonfirmasi di kediamannya, Senin (11/10/2021).
Menurutnya, retaknya tembok rumah itu disebabkan karena lokasi bangunan, berada di tanah bekas jurang (juglangan ; Red Jawa). Sehingga pondasi tidak kuat dan ambles saat diterpa hujan deras.
“Karena tanahnya bekas Juglangan, akhirnya pondasinya ambles dan putus, sehingga temboknya pun retak-retak” tambahnya.
Kerusakan terparah itu lanjut Mustaifah, saat terjadi gempa bumi beberapa bulan lalu, yang berpusat di kota Malang dan Blitar, sehingga membuat bangunan bagian belakang juga ambrol.
“Keretakan rumah makin parah dan makin lebar, ketika ada gempa beberapa bulan lalu, sampai kayak gitu kondisinya,” tuturnya
Ketika musim hujan tambahnya, selalu bocor, karena genteng mengalami pergeseran, sehingga atapnya tidak rapet. Akibatnya airnya masuk rumah.
Rumah Belum Memperbaiki, Suami Harus Menjalani Operasi Hernia
Mustaifah sudah berencana akan memperbaiki rumahnya dengan mengumpulkan anggaran. Namun sebelum rencananya terwujud, suaminya terkena penyakit hernia dan harus dioperasi.
“Sudah mas operasinya, waktu bulan puasa kemarin, karena ususnya membusuk, harus dipotong untuk buang air besar dan dipindahkan disebelah pinggang kirinya,” katanya.
Tak berhenti disitu saja, musibah yang dialami Mustaifah. Pasca operasi sang suami, beberapa bulan kemudian, putranya pun harus meninggal dunia, yang belum diketahui pasti apa penyebabnya.
“Bapaknya sudah di operasi, beberapa bulan kemudian Tole (anak) meninggal dunia,” ucapnya
Dengan kondisi seperti itu akhirnya, Mustaifah pun harus mengungsi di rumah orang tuanya. Mengingat tempat kediamannya sendiri sangat membahayakan dan terlebih saat suami sekarang mengalami gejala stroke.
“Soalnya kondisinya kayak gini rumahnya. Makanya sejak puasa itu saya dan suami menempati rumah emak (Ibu). Jadi saya merawat bapak sendiri juga mengalami gejala stroke, juga suami,” ungkapnya
Menanggapi hal itu, Penjabat (Pj) Kepala Desa Sumberejo Samsuri mengaku bahwa pihaknya sudah mengetahui kondisi rumah warganya tersebut bahkan telah berkunjung ke penerima RTLH sehari setelah meninggal anaknya.
“Saya sudah ke sana dan sudah saya laporkan ke Pemerintah Kabupaten Jember, lewat kecamatan, ini berkasnya masih disiapkan Kasi Kesejahteraan Rakyat (Kesra), untuk dikirim ke kecamatan.” Tandasnya. (Awi/Yud)
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News