BerandaBeritaHektaran Tanaman Padi di Desa Rowotamtu, Diserang Burung Emprit

Hektaran Tanaman Padi di Desa Rowotamtu, Diserang Burung Emprit

- Advertisement -spot_img

Jember,Pelitaonline.co – Puluhan Hektar tanaman padi di dusun Curah Meluwo
Desa Rowotamtu diserang ribuan Burung Emprit, kondisi itu menambah pekerjaan bagi petani.

Para patani harus mengelilingi sawah dengan tali rafia yang diberi plastik warna-warni dan mengikatkan kaleng bekas yang terisi batu kecil, sehingga setiap kali tali ditarik kaleng yang terisi batu kecil pun berbunyi.

Dengan begitu suasana persawahan akan menjadi ramai, berharap gerombolan burung tidak hinggap pada tanaman padinya dan yang sedang memakan padi akan kabur.

Namun, pasukan burung emprit sepertinya tidak ketakutan, mereka hanya berpindah ke petak sawah sebelahnya dan ketika bunyi bunyian berhenti mereka kembali, begitu seterusnya.

“Pokoknya ampun musuh burung emprit ini, soalnya ketika diusir mereka pindah ke sebelahnya, tidak lama kemudian balik lagi begitu seterusnya.” Ujar Salah satu petani bernama Rohada saat mengusir gerombolon burung,Jumat (12/2/2021)

Rohada mengaku bahwa para burung tersebut menyerang tidak kenal waktu, terkadang pagi dan sore hari, sehingga para petani dibuat kewalahan, mereka harus stand by di sawah agar bisa panen.

“Kalau tidak begitu bisa gagal panen, karena padi habis di makan burung, kemarin ada yang hanya di jual jeraminya saja, satu petak sawah dihargai 100 ribu rupiah, biasanya normalnya panennya mencapai 4 ton,” Tuturnya

Sekertaris Desa Rowotamtu Zainuri mengatakan tidak bisa berbuat banyak, kejadian serangan ribuan burung terhadap padi petani itu baru pertama kali terjadi dan bukan hanya desanya, di desa lainpun hal yang sama terjadi.

“Dulu sempat ada kejadian semacam ini, tapi dilakukan oleh tikus,sekarang berganti burung,” Ujarnya

Pria yang akrap dipanggil Nur ini mengungkapkan total tanaman padi ludes di Desa Rowotamtu sekitar 40 hetar, dari jumlah lahan tersebut ada sekitar 20 orang pemilik dan 500 penggarap sawah.

“Sekitar 500 penggarap sawah (Ngedok ; red Jawa), sementara yang sewa banyak, oleh karena itu untuk mengurangi kerugian lebih banyak para penggarap sawah memanen padinya lebih awal.” Katanya

Nur menerangkan, hasil penjualan padi sisa yang dimakan burung kwalitas menurun sehingga harganya pun juga anjlok, biasanya kalau normal perkwintal 450 ribu rupiah, tetapi sekarang hanya 250 ribu rupiah sampai 300 ribu rupiah.

” Itu pun jarang yang mau pedagang, biasa lah para pengepul seperti itu,” Ucapnya

Sebelumnya, telah ada bantuan dari perusahaan obat pertanian namun, kata Nur, ternyata tidak mengubah keadaan dan gerombolan burung emprit pun tidak juga tidak berkurang.

“Sempat dilakukan penyemprotan serentak, tapi tidak manjur obatnya, paling dari ribuan burung yang menyerang hanya 10 yang mati, sama saja,”Tambahnya

Persoalan paling mendasar lanjutnya diduga lantaran penanaman padi yang tidak serentak, ini diakibatkan kondisi cuaca yang sulit diprediksi, musim kemarau tidak menentu petani takut untuk tanam padi.

“Akhirnya lahannya ada yang ditanami jagung ada yang dikosongkan, namun sejak bulan November hujannya lancar, mereka yang lahannya kosong langsung tanam, nah mungkin itu penyebabnya tidak serentak.” Duganya

Oleh Karena itu, Nur berharap ada bantuan khusus dari pemerintah daerah untuk menanggulangi persoalan ini, sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat,” Kalau di tahun ini dipastikan gagal panen, maka dari itu diperlukan perhatian pemerintah.” Tandasnya (Awi/Yud)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

#TRENDING TOPIC

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini