PERISTIWA – Jakarta, 8 Juni 2025. Kapal kemanusiaan Madleen yang membawa aktivis lingkungan Greta Thunberg dan anggota parlemen Prancis-Palestina Rima Hassan kembali menjadi sorotan dunia. Misi yang diinisiasi Freedom Flotilla Coalition ini bertujuan menembus blokade laut Israel demi menyalurkan bantuan vital ke Gaza, namun mendapat perintah tegas dari Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, untuk dihentikan sebelum mencapai pantai Palestina.
Misi Madleen Bantuan untuk Gaza di Tengah Blokade
Madleen berangkat dari Sisilia pada 1 Juni 2025, membawa 12 aktivis internasional dan muatan bantuan seperti bahan medis, tepung, beras, susu bayi, popok, produk sanitasi, alat desalinasi air, kruk, dan prostetik untuk anak-anak. Semua kru dan relawan telah dilatih non-kekerasan, menegaskan aksi ini murni kemanusiaan dan tanpa senjata.
Selama perjalanan, Madleen bahkan sempat menolong empat migran Libya yang melompat ke laut untuk menghindari penangkapan otoritas Libya. Tindakan ini menambah sorotan pada misi kemanusiaan mereka yang penuh risiko.
Israel Perintahkan Blokade Ketat
Pada 8 Juni 2025, Israel secara resmi memerintahkan militer untuk mencegah Madleen masuk ke Gaza. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa mereka tidak akan membiarkan siapa pun menembus blokade laut yang telah diberlakukan sejak 2009. Katz menyebut para aktivis termasuk Thunberg sebagai “propagandis Hamas” dan memperingatkan mereka untuk kembali karena tidak akan diizinkan mencapai Gaza.
Blokade ini telah dinyatakan sah oleh panel PBB pada 2011 sebagai langkah keamanan, meski tetap menuai kritik luas dari komunitas internasional atas dampaknya terhadap warga sipil Gaza.
Gangguan Komunikasi dan Ancaman Penahanan
Saat Madleen mendekati perairan Mesir, komunikasi mereka dilaporkan terganggu akibat jamming sinyal. Aktivis Thiago Ávila mengonfirmasi adanya gangguan pada perangkat pelacak dan komunikasi kapal. Rima Hassan, yang dilarang masuk Israel karena sikap kritisnya, menyampaikan kekhawatiran akan ditahan secara ilegal oleh otoritas Israel sebelum berhasil menyalurkan bantuan ke Gaza.
Misi ini juga terjadi sebulan setelah kapal Freedom Flotilla lain, Conscience, diserang drone di lepas pantai Malta, menambah daftar risiko yang dihadapi para aktivis kemanusiaan.
Informasi ini telah diverifikasi dari berbagai sumber media internasional terkemuka, termasuk laporan langsung dari Freedom Flotilla Coalition, pernyataan resmi pemerintah Israel, serta analisis hukum dari PBB terkait legalitas blokade. Fakta-fakta utama seperti keberangkatan Madleen, muatan bantuan, keterlibatan Greta Thunberg, serta perintah blokade Israel telah dikonfirmasi kebenarannya.(UA/Red)