Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Bitcoin Ambruk: Gejolak Pasar Kripto di Tengah Ketidakpastian Global

  • Kebijakan Politik AS: Rencana tarif besar-besaran dari Presiden Donald Trump memicu volatilitas pasar. “Beberapa perusahaan kripto yang siap IPO di AS kini menunda rencana mereka,” ungkap Bo Hines, mantan kandidat kongres yang kini memimpin strategi kripto Gedung Putih, dalam wawancara dengan The Block.
  • Ketidakpastian Makroekonomi: Inflasi global dan kenaikan suku bunga oleh bank sentral membuat investor beralih ke aset yang lebih aman, meninggalkan kripto yang dianggap berisiko tinggi.
  • Sentimen Pasar Lemah: Postingan di X seperti dari @KINGnKONG9 pada 30 Maret 2025 menyebutkan, “Bitcoin jatuh ke $82K di tengah kekhawatiran makro!” Ini mencerminkan ketakutan yang menyebar di komunitas kripto.
  • Penurunan Adopsi: Meski pernah melonjak pada 2023 berkat Ordinals dan BRC-20, antusiasme terhadap ekosistem Bitcoin tampak mereda. Data dari Gate.io menunjukkan nilai pasar BRC-20 yang sempat mencapai $1,8 miliar kini stagnan.

Namun, tidak semua analis pesimistis. “Ini bisa jadi bull trap atau jebakan sebelum kenaikan berikutnya,” tulis @ditigabelas di X pada 26 Maret 2025. “Hati-hati jangan FOMO, tapi jangan juga panik jual.”

Dampak Bitcoin Ambruk pada Investor

Ketika Bitcoin ambruk, efek domino terasa di seluruh pasar kripto. Altcoin seperti Ethereum dan Solana juga ikut turun, masing-masing kehilangan 8% dan 12% nilainya dalam semalam. Investor ritel, khususnya yang baru masuk pasar, merasakan tekanan besar. Banyak yang terpaksa liquidated karena margin call, sementara whale—pemilik aset besar—mulai membeli di harga rendah.

Saya kehilangan $5.000 dalam sehari,” keluh seorang trader di X yang tak ingin disebut namanya. “Tapi saya tetap HODL, ini bukan pertama kalinya Bitcoin turun tajam.

Di Indonesia, pasar kripto juga terpengaruh. Meski nilai transaksi aset kripto pada 2022 mencapai Rp296,66 triliun (menurut Kominfo), tren bearish global membuat volume perdagangan lokal menurun. Bappebti mencatat adanya penurunan minat investor muda, yang sebelumnya mendominasi pasar pada 2021-2022.

Tren Terkini: Apa yang Harus Diperhatikan?

Meski Bitcoin ambruk, ada beberapa tren yang patut diamati ke depan:

  • Regulasi Kripto: Penjabat Ketua SEC AS, Mark Uyeda, pada 5 April 2025 memerintahkan peninjauan ulang peraturan kripto. Ini bisa menjadi angin segar jika regulasi lebih ramah investor.
  • Inovasi Teknologi: Ekosistem Bitcoin seperti Ordinals dan jaringan Layer-2 (contoh: Stacks) masih menawarkan potensi. AlexGo, protokol DeFi di Stacks, mencatat volume perdagangan $800 juta, menurut Gate.io.
  • Sentimen Pasar: Jika kebijakan Trump melunak atau ekonomi global stabil, Bitcoin bisa rebound. Analis memperkirakan level support di $80.000 akan menjadi penentu.

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Halaman: 1 2 3
Berita Serupa