
JEMBER, Pelitaonline.co – Menurut saya jenis birahi pada manusia itu ada dua. Birahi seksual dan birahi kuasa. Masing-masing memiliki musim. Musim kawin dan musim pemilihan pemimpin.
Kedua birahi ini sering dianggap kotor, menjijikkan, dan tabu. Karena itu harus disucikan atas nama cinta melalui rezim perkawinan dan rezim pemilihan pemimpin.
Karena telah disucikan, maka pemilik birahi diserahkan tanggung jawab. Seorang suami bertanggung menafkahi anak isterinya, begitupun dengan seorang pemimpin di Jember harus bertanggung jawab atas keadilan sosial dan kesejahteraan rakyatnya.
Atas nama cinta pada rakyat, seseorang yang sudah muntuk-muntuk birahi kuasanya, (walaupun ia sadar takkan mampu bertanggung-jawab), pada musim Pilkada ia mengumbar banyak janji cinta pada rakat. Supaya birahi kuasanya bisa terwujud.
Sayangnya, setelah ia terpilih dan birahi kuasanya terwujud, ternyata … birahi kuasa itu nikmat yang dirasakannya tiada tara melebihi birahi seksualnya selama ini. Contohnya, di Kabupaten Jember setiap pasca Pilkada, kenyataannya selalu begitu.
Kenikmatan birahi kuasa yang didapatkannya membuat ia lalai dari tanggung jawab kepada rakyatnya. Birahi kuasa yang telah tersucikan ia abaikan demi memburu kenikmatan birahi kuasa abadi.
Akibatnya benda-benda yang berharga ratusan milyar yang sejatinya milik rakyat, ia akui sebagai miliknya dengan memasang stempel (foto) dirinya disetiap unit bendanya.
Keadilan dan kesejahteraan yang memang merupakan tugas dan tanggung jawabnya, ia umumkan sebagai kebaikannya. Jika bukan kebaikannya tentu rakyat tak akan bisa memilikinya. Padahal uang yang digunakan untuk pengadaan material itu berasal dari uangnya rakyat.
Kenapa ia lalai dengan tanggung jawabnya, lalai dengan tugasnya, dan suka menstempel benda-benda milik rakyat atas nama dirinya?
Sebab kenikmatan birahi kuasanya selalu menuntut lagi dan lagi.
Dan kenikmatan yang dahsyat itu sensasinya akan hilang, bila disela itu, ia dituntut untuk fokus bertanggung jawab pada penderitaan rakyatnya.
Maka dari itu, wajarlah, bila ia akan terus memburu nikmatnya birahi kuasa, sebab, candu yang tertimbun dalam alam bawah sadarnya menuntut dirinya untuk terus lagi-lagi dan lagi menjadi pemimpin.
Walaupun tidak abadi, hanya dibatasi sekali ini, tapi tak masalah baginya.
Walaupun harus mulutnya berbusa dengan janji, berbuih dengan klarifikasi. Terpenting birahi kuasanya di musim pemilihan pemimpin nanti tersucikan kembali.
Penulis : Saiful Rahman
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News