Konsep Pembangunan Indonesia dan Cara Makan Bubur Panas serta Tahlilan

Ricky R

March 2, 2021

2
Min Read

 

SURABAYA, Pelitaonline.co – Konsep Pembangunan Negara Indonesia dengan cara makan bubur panas dalam tradisi Tahlilan ternyata sama-sama dari pinggir.

Jika kita lihat dimasa pemerintahan Presiden Joko Widodo sepertinya pembangunan negara dimulai dari pedesaan, buktinya ada Dana Desa yang langsung dikirim ke rekening pemerintah desa.

Sementara konsep yang sama juga berlaku dalam tata cara makan bubur panas dalam tradisi tahlilan, jamaah mulai menyantabnya dari pinggir, bukan dari tengahnya, sebab bagian pinggir tak sepanas bagian tengahnya.

” Setelah pinggir habis, yang tengah sudah tak panas lagi baru dimakan. Ini konsep membangun dengan filosofi cara makan bubur panas,” Ujar Koordinator Provinsi Jawa Timur Adry Dewanto Ahmad.

Baca Juga :  Malam Pergantian Tahun 2020, Kecamatan Tanggul, Seperti Kota Mati.

Selain itu, dalam tradisi tahlilan di kampung ketika kegiatan selesai, maka tuan rumah membagikan makanan dan minuman pada jamaah, itupun dimulai paling pinggir

” Intinya, dalam tradisi tahlilan kampung soal distribusi makanan itu jamaah yang terjauh dari sumber resources (dapur, ruang tamu) seperti yang di teras, akan mendapat distribusi konsumsi paling duluan,”Tuturnya

Mekanisme pendistribusiannya, dari tangan ke tangan, piring itu bergerak dari dapur biasanya melewati jamaah yang di dalam (secara berantai) tidak berhenti-berhenti sampai paling Pinggir.

” Dan dalam tahlilan, biasanya yang berada di luar atau di pinggir kebanyakan orang biasa, artinya bukan elit ataupun sosok tokoh, begitulah logika disribusi kemakmuran versi tradisi tahlilan,” Jlentrehnya

Baca Juga :  Audiensi Dengan Kaum Buruh, Bupati Situbondo Dapat Banyak Uneg-uneg

Sehingga, Andry menduga tradisi tahlil kampung di se- Antero negeri ini sepertinya salah satu faktor yang menjadikan bangsa Indonesia tetap utuh dan bersatu dan masih mampu bertahan sampai hari ini.

“Faktor kohesivitas sosial kita masih bertahan sebab masih ada tradisi yang mengikat integrasi nasional yaitu, tradisi tahlilan. Jadi kalau mau aman saat banyak Gep sosial dan saat tingkat angka kemiskinan masih tinggi maka lakukan saja tahlilan nasional maka orang tidak akan berantem.” Paparnya

Oleh karena itu, Kata Andry, zaman Presiden Jokowi dalam konsep nawacitanya terdepan program membangun Indonesia yang dimulai dari pinggiran, dimulai dari plosok desa.

” Seluruh desa dari Sabang sampai Merauke hingga pulau terjauh dan daerah perbatasan terluar,” Duganya

Baca Juga :  Dr. Fina Rosalina, SH.,MH. : Mencari Kartini Dalam Lipatan Digitalisasi

Makanya, pemberian Dana Desa (DD) yang ditransfer dari Alokasi Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) langsung ke rekening desa serta memberikan wewenang bagi pemerintah setempat untuk mengelolanya.

” Desa saat ini punya uang dari APBN, uang untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, Ini uangnya rakyat bukan Ghonimah,” Tambahnya. (Redaksi)

Bantu Ikuti Saluran : WhatsApp Kami

Dan Bantu Ikuti : Google News Kami

Related Post

 

×