EKONOMI – Jakarta, 2 Juni 2025. Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah kedua negara saling menuduh telah melanggar kesepakatan dagang yang baru saja dicapai di Jenewa bulan lalu. China, lewat Kementerian Perdagangannya, menyebut Amerika “melanggar secara serius” kesepakatan, sementara Presiden AS Donald Trump menuduh China “total melanggar perjanjian” tanpa memberikan rincian.
China menuding AS telah menerapkan pembatasan ekspor teknologi, khususnya chip AI dan perangkat lunak desain chip, serta mencabut visa mahasiswa asal Tiongkok. Sebaliknya, perwakilan dagang AS menyebut China gagal membuka akses pasar dan membatasi ekspor mineral penting, seperti rare earth magnet, yang sangat dibutuhkan sektor industri dan pertahanan AS.
Kementerian Perdagangan China menegaskan, “Alih-alih introspeksi, AS justru menuduh China secara tidak masuk akal, ini bertentangan dengan fakta.”
Kerangka Kesepakatan Jenewa Mulai Goyah
Kesepakatan Jenewa pada Mei lalu sempat membawa angin segar setelah perang dagang yang memanas dengan tarif mencapai 145% untuk produk China dan 125% untuk produk AS. Dalam perjanjian tersebut, tarif kedua negara turun ke 30% (AS) dan 10% (China), serta China setuju membuka ekspor mineral penting.
Namun, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut negosiasi kembali tersendat karena China dianggap menahan produk vital untuk rantai pasok industri global, termasuk India dan Eropa.
Pemerintah AS masih berharap Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping bisa segera berbicara untuk meredakan ketegangan. “Saya yakin, kalau Trump dan Xi bicara langsung, masalah ini bisa selesai,” ujar Bessent kepada CBS News.
Namun, pasar keuangan bereaksi negatif. Indeks saham Asia turun dan bursa AS juga dibuka melemah, apalagi setelah Trump mengumumkan rencana menggandakan tarif baja dan aluminium menjadi 50% mulai Rabu ini.
Informasi ini telah diverifikasi ulang dari berbagai sumber kredibel seperti Reuters, CNBC, dan The New York Times, yang melaporkan perkembangan terbaru mengenai ketegangan perdagangan China-AS, tuduhan pelanggaran kesepakatan, serta dampaknya terhadap pasar global.(UA/Red)