
VIRAL – Jagat maya dihebohkan oleh klaim penemuan makam yang diduga milik Nabi Zulkifli ‘alaihissalam di dekat reruntuhan Tembok Besar Cina, Provinsi Hebei, pada pertengahan April 2025. Kabar yang menyebar cepat melalui video viral di media sosial ini sontak memicu perdebatan luas, namun hingga kini belum ada konfirmasi resmi dan kebenarannya masih diselimuti keraguan.
Menurut kronologi yang beredar, penemuan ini berawal dari insiden tanah longsor di area pegunungan Hebei yang jarang diakses publik. Tim restorasi yang sedang bekerja di lokasi tersebut dilaporkan menemukan sebuah lorong tersembunyi di balik struktur batu kuno.
Di dalam lorong itu, klaim menyebutkan adanya ruangan berisi nisan dengan tulisan “Zulkifli” dalam aksara Arab Kuno dan Ibrani, beserta artefak seperti gulungan perkamen, simbol keagamaan, dan peralatan logam yang ditaksir berasal dari abad ke-6 SM. Sebuah video berdurasi tiga menit yang menampilkan temuan ini, lengkap dengan efek CGI dan narasi dramatis, dengan cepat menjadi trending di TikTok, YouTube, dan Twitter dengan tagar #NabiDiCina.
Menanggapi kehebohan ini, pemerintah Cina maupun lembaga arkeologi resmi negara tersebut belum mengeluarkan pernyataan apa pun. Area yang diduga lokasi penemuan dilaporkan telah ditutup untuk umum sembari menunggu hasil penelitian lebih lanjut. Para ahli memberikan respons yang hati-hati.
Prof. Hamid Reza Al-Khatib dari Universitas Al-Azhar menyatakan bahwa ukiran pada nisan yang tampak dalam video sekilas konsisten dengan gelar kenabian, namun ia menekankan perlunya penelitian mendalam untuk validasi. Sejarawan lain mengingatkan bahwa temuan ornamen bernuansa Arab tidak serta-merta membuktikan klaim tersebut, mengingat Islam baru masuk ke Cina pada abad ke-7 Masehi dan tidak ada catatan sejarah yang mengaitkan Nabi Zulkifli dengan wilayah Cina.
Keraguan publik semakin diperkuat oleh temuan bahwa banyak konten video yang viral diduga merupakan hasil rekayasa menggunakan kecerdasan buatan (AI) atau merupakan cuplikan video lama dari tahun 2022 yang diedit ulang.
Bahwa tidak ada laporan resmi dari lembaga terpercaya yang mendukung klaim penemuan makam tersebut. Media internasional seperti The Guardian dan Al Jazeera juga memberitakan klaim ini dengan catatan skeptis, menyebutnya belum terverifikasi secara ilmiah dan berpotensi menjadi bagian dari tren misinformasi berbasis AI.
Nabi Zulkifli ‘alaihissalam, yang namanya berarti “pemilik tanggung jawab”, dihormati dalam Islam sebagai sosok teladan kesabaran dan keteguhan iman, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an (QS. Al-Anbiya: 85-86 dan QS. Shad: 48).
Lokasi pasti makam beliau tidak pernah dipastikan dalam catatan sejarah Islam, meskipun ada tradisi yang menyebutkannya berada di Syam (Suriah/Irak) atau Asia Tengah. Situs yang secara historis lebih diakui sebagai makam Nabi Zulkifli berada di Termez, Uzbekistan, dan Al-Kifl, Irak, yang keduanya telah lama menjadi situs ziarah.
Para ahli menekankan bahwa klaim penemuan di Cina belum didukung bukti konkret seperti analisis penanggalan karbon, studi tekstual mendalam, atau konfirmasi linguistik. Gulungan perkamen yang ditemukan pun dilaporkan hanya berisi deskripsi umum perjalanan seorang tokoh dari “Barat ke Timur” tanpa menyebut nama Zulkifli secara eksplisit.
Muncul dugaan bahwa narasi sensasional ini sengaja diciptakan untuk mendulang interaksi di media sosial atau bahkan dikaitkan dengan teori konspirasi.
Saat ini, tim gabungan arkeolog dari Cina dan internasional dilaporkan masih melakukan analisis terhadap artefak yang ditemukan, dengan hasil awal diperkirakan akan dirilis pada akhir April 2025.
Menanggapi situasi ini, salah satu Tokoh dari Indonesia mengimbau masyarakat untuk bersikap kritis dan bijak. “Jika pun benar, ini ujian keimanan. Jika hoax, kita harus hindari penyebaran kebohongan,” ujarnya.
Masyarakat diimbau untuk selalu memverifikasi sumber informasi, menghindari penyebaran konten yang mencurigakan, dan menunggu hasil penelitian ilmiah yang kredibel. Sebagaimana diingatkan oleh para pakar, sejarah harus dibangun di atas fakta yang teruji secara akademis, bukan sekadar sensasi viral.(*/red)
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News