Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Willie Salim Palembang: Kontroversi Rendang 200 Kg yang Mengguncang Media Sosial

Berita – Pada Maret 2025, nama Willie Salim kembali menjadi sorotan publik, khususnya di Palembang, Sumatera Selatan. Konten kreator yang dikenal dengan video-video memasak berskala besar ini memicu kontroversi setelah insiden “hilangnya” 200 kilogram rendang yang ia masak di Benteng Kuto Besak (BKB). Kejadian ini tidak hanya viral di media sosial, tetapi juga mengundang reaksi keras dari warga Palembang, tokoh masyarakat, hingga otoritas lokal.

Apa yang sebenarnya terjadi? Dan bagaimana dampaknya terhadap citra Willie Salim dan kota Palembang? Mari kita bahas lebih dalam.

Kronologi Insiden Willie Salim di Palembang

Semuanya bermula pada 18 Maret 2025, ketika Willie Salim menggelar acara memasak rendang dalam jumlah besar di pelataran Benteng Kuto Besak. Tujuannya mulia: membagikan rendang kepada warga untuk berbuka puasa. Namun, apa yang dimulai sebagai niat baik berubah menjadi kekacauan. Dalam video yang diunggah di akun Instagram-nya @willie27_, terlihat warga berbondong-bondong mengambil rendang—bahkan sebelum masakan itu matang. Dalam hitungan menit, 200 kilogram rendang raib.

Willie kemudian mengunggah permintaan maaf pada 22 Maret 2025. “Saya nggak nyalahin warga Palembang. Ini murni kesalahan saya karena nggak siap dengan matang,” ucap Willie dalam video permintaan maafnya.. Meski begitu, narasi yang berkembang di media sosial justru menyudutkan warga Palembang, memicu stigma negatif bahwa mereka “berebut” makanan tanpa tata cara.

Reaksi Warga dan Tokoh Palembang

Insiden ini membuat warga Palembang geram. Banyak yang merasa nama baik kota mereka tercoreng. Muhammad Gustryan, pimpinan Ryan Gumay Law Firm, langsung mengambil tindakan hukum. “Kami sudah melaporkan Willie Salim ke Polda Sumsel pada 22 Maret 2025. Konten ini bikin gaduh dan merusak martabat Palembang,” katanya kepada detikSumbagsel.

Tokoh masyarakat lainnya, seperti Ustaz Abdul Somad (UAS), juga angkat bicara. Dalam Tabligh Akbar di Palembang pada 23 Maret 2025, UAS menyebut insiden ini sebagai “rendang konspirasi”. “Orang Palembang wajib menjaga harkat martabat dirinya,” tegasnya. Bahkan, Sultan Palembang, Mahmud Badaruddin IV, turun tangan. Pada 24 Maret 2025, ia mengeluarkan maklumat menuntut Willie untuk meminta maaf secara langsung di hadapan Majelis Adat Kesultanan Palembang dan menggelar ritual tepung tawar sebagai penebusan.

Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, awalnya meminta maaf kepada Willie atas antusiasme warga. Namun, sikapnya berubah setelah dugaan konten ini sengaja diatur muncul. “Saya dukung warga yang melapor ke polisi. Kita harus buktikan apakah ini settingan,” ujarnya pada 24 Maret 2025, dikutip dari Kompas.com.

Tanggapan dari Dunia Konten Kreator

Kontroversi ini juga menarik perhatian sesama konten kreator. Bobon Santoso, yang dikenal sebagai ahli masak skala besar, menyoroti kejanggalan waktu dalam konten Willie. “Dia bilang masak untuk buka puasa, tapi daging baru masuk jam 7 malam. Ini jelas nggak logis,” kata Bobon di Condet, Jakarta Timur, pada 24 Maret 2025, seperti dilansir Liputan6.com. Ia juga menyatakan kekecewaannya karena kejadian ini membuat warga Palembang ragu pada konten kreator lain.

Chef Arnold Poernomo lebih keras lagi. “Wil, kalau niat berbagi, harusnya ada perencanaan matang. Ini ngasal, cuma buat views doang,” tulisnya di kolom komentar Instagram Willie pada 24 Maret 2025. Sementara itu, Helmy Yahya, Ketua Asosiasi Konten Kreator Seluruh Indonesia, mengkritik kurangnya persiapan dan menekankan bahwa kreativitas tidak boleh menyakiti orang lain.

Dampak Hukum dan Sosial

Hingga 25 Maret 2025, Polda Sumsel telah menerima tiga laporan terkait Willie Salim. Kasubdit V Siber Ditreskrimsus Polda Sumsel, AKBP Dwi Utomo, membenarkan hal ini. “Kami akan panggil saksi dan terlapor untuk dimintai keterangan,” ujarnya. Namun, ahli hukum dari Universitas Sriwijaya, Kurnia Saleh, menilai laporan ini sulit diproses secara pidana. “Tuduhan berdasarkan UU ITE seperti pencemaran nama baik sulit dibuktikan. Mana buktinya Willie menyerang reputasi Palembang?” katanya kepada Noi English.

Di media sosial, tagar #WillieSalimPalembang menjadi tren di X sejak 21 Maret 2025. Banyak warga menuntut keadilan, seperti cuitan @geli_aah: “Woiii warga Palembang seret itu si Willie Salim ke polisi, penjarakan dia!!” Sentimen ini mencerminkan kemarahan publik yang masih membara.

Pelajaran dari Kontroversi Willie Salim Ini

Insiden Willie Salim di Palembang memberikan beberapa pelajaran penting:

  • Perencanaan adalah Kunci: Membuat konten yang melibatkan massa membutuhkan antisipasi matang agar tidak berujung chaos.
  • Sensitivitas Budaya: Konten kreator harus memahami nilai dan tradisi lokal agar tidak menyinggung masyarakat.
  • Tanggung Jawab Sosial: Viralitas tidak boleh mengorbankan reputasi orang lain atau komunitas.

Willie sendiri mengaku belajar banyak. “Ini pelajaran berharga. Aku senang warga antusias, tapi aku harus lebih siap,” katanya dalam video terbarunya pada 23 Maret 2025.

Bagaimana Nasib Willie Salim ke Depan?

Kontroversi ini jelas merusak citra Willie Salim di mata sebagian publik, terutama warga Palembang. Namun, ia masih memiliki basis penggemar yang besar. Apakah ia akan bangkit dengan konten baru yang lebih bijaksana, atau justru tenggelam dalam kritik? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Sementara itu, Palembang tetap berdiri tegak sebagai kota dengan budaya kaya dan martabat tinggi. Insiden ini mungkin akan dikenang sebagai “kasus rendang” yang mengguncang 2025, tetapi juga menjadi pengingat bahwa komunikasi dan perencanaan adalah kunci dalam era digital. Bagaimana pendapat Anda tentang kejadian ini? Tulis di kolom komentar!

 

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Berita Serupa
Exit mobile version