
Berita Terkini – Sebuah video yang memperlihatkan warga menggotong jenazah pria di Desa Sinamanenek, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, mendadak viral di media sosial. Kejadian ini menyita perhatian ribuan warganet karena alasan yang memilukan: tidak ada ambulans untuk mengangkut jenazah. Video tersebut memperlihatkan warga berjalan kaki di jalan tanah kuning, mengusung jenazah tanpa keranda, tanpa mobil, hanya dengan tenaga dan solidaritas.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kejadian ini bisa begitu menyentuh hati?
Video viral jenazah digotong ini pertama kali muncul pada 3 Mei 2025. Dalam hitungan jam, video tersebut telah ditonton lebih dari 126 ribu kali, menuai ribuan reaksi, dan ratusan komentar. Warga Desa Sinamanenek, tepatnya di kawasan Lindai, terpaksa menggotong jenazah seorang pria dewasa yang meninggal di kebun sawit. Jarak dari lokasi kematian ke rumah duka cukup jauh, dan tanpa ambulans, warga hanya bisa mengandalkan tenaga sendiri. “Ndak lai ambulan do, payah,” ujar perekam video dengan nada penuh kekecewaan.
Menurut keterangan di media sosial, keluarga sudah berupaya meminjam ambulans, tetapi tidak berhasil. Area yang dikelilingi banyak perusahaan sawit ini ironisnya tidak memiliki fasilitas memadai untuk keadaan darurat seperti ini. Akibatnya, jenazah diangkat oleh empat pria, diikuti puluhan warga lain, hingga sampai ke rumah duka. Kejadian ini memicu gelombang komentar di media sosial, dari simpati hingga kemarahan atas kurangnya fasilitas kesehatan di desa tersebut.
Kisah viral jenazah digotong ini bukan sekadar soal video yang menyebar cepat. Ada beberapa alasan mengapa peristiwa ini begitu mengguncang:
Camat Tapung Hulu, Wira Sastra, membenarkan kejadian ini. Ia menyebut ambulans akhirnya tiba, tetapi sudah terlambat karena jenazah sudah sampai di rumah duka. Wira juga menambahkan bahwa pihak kecamatan masih menunggu laporan lengkap dari perangkat desa terkait ketersediaan ambulans. Namun, penjelasan ini tidak meredam kekecewaan warganet. Banyak yang mempertanyakan penggunaan dana desa dan kesiapan fasilitas kesehatan di wilayah tersebut.
Video viral jenazah digotong ini memicu diskusi panas di berbagai platform. Di X, misalnya, sejumlah akun seperti @garudatvnews dan @Alonesiacom ikut membagikan kabar ini, memperluas jangkauan cerita. Warganet ramai-ramai menyuarakan keresahan mereka. “Masa begini nasib warga kalau darurat?” tulis salah satu komentar. Ada pula yang menyinggung transparansi dana desa, menduga adanya ketidakpatutan dalam pengelolaan anggaran.
Selain itu, kejadian ini juga mengingatkan publik pada kasus serupa di daerah lain. Misalnya, pada April 2025, warga Desa Wates, Ponorogo, viral karena menggotong jenazah menyeberangi sungai akibat akses jalan yang dilarang dilewati. Di Lombok Tengah, jenazah seorang anak juga digotong sejauh tiga kilometer karena jalan rusak yang tidak bisa dilalui ambulans. Pola ini menunjukkan masalah sistemik: kurangnya infrastruktur dan fasilitas kesehatan di daerah terpencil.
Kejadian viral jenazah digotong di Sinamanenek menjadi panggilan untuk perubahan. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah kejadian serupa terulang:
Pemerintah daerah juga perlu lebih transparan dalam penggunaan dana desa. Warganet menuntut laporan jelas soal alokasi anggaran untuk fasilitas kesehatan. Jika dana desa dikelola dengan baik, kejadian seperti ini seharusnya bisa diminimalisir. Selain itu, kesadaran perusahaan untuk berkontribusi pada masyarakat sekitar juga perlu ditingkatkan, mengingat mereka beroperasi di wilayah yang sama.
Kisah viral jenazah digotong di Desa Sinamanenek bukan hanya soal kurangnya ambulans. Ini adalah cerminan dari ketimpangan akses layanan dasar di daerah terpencil. Solidaritas warga yang menggotong jenazah dengan tangan kosong menunjukkan jiwa gotong royong yang luar biasa. Namun, di balik itu, ada kepedihan karena mereka harus melakukannya akibat ketiadaan fasilitas.
Ke depan, kejadian ini diharapkan menjadi pengingat bagi semua pihak. Pemerintah, perusahaan, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa tidak ada lagi warga yang harus mengalami hal serupa. Video ini mungkin akan reda dari perbincangan media sosial, tetapi pesan yang dibawanya harus terus bergema: akses kesehatan adalah hak setiap warga, di mana pun mereka berada.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News