
Berita Terkini – Kemang, kawasan elite di Jakarta Selatan, mendadak jadi sorotan publik pada 30 April 2025. Sebuah video yang menampilkan viral bentrok antar kelompok beredar luas di media sosial. Dalam rekaman itu, terlihat sekelompok orang saling serang dengan lempar batu, bahkan ada yang menenteng senjata laras panjang.
Situasi mencekam ini bikin warga sekitar panik dan lalu lintas macet parah. Apa sih sebenarnya yang terjadi? Mengapa bentrok antar kelompok ini bisa meledak? Berikut ulasan lengkapnya berdasarkan fakta terbaru dan penjelasan polisi.
Viral bentrok antar kelompok di Kemang ini ternyata bukan sekadar aksi premanisme biasa. Menurut laporan, insiden ini dipicu oleh sengketa lahan di Jalan Kemang Raya, tepatnya di depan KFC dan seberang Grand Kemang Hotel. Lahan kosong yang jadi rebutan ini diklaim oleh dua pihak: satu kelompok mengaku sebagai ahli waris, sementara kelompok lain berupaya menguasai lahan tersebut.
Kapolsek Mampang Prapatan, Kompol Aba Wahid Key, menjelaskan bahwa keributan terjadi sekitar pukul 08.30 WIB. Sekelompok orang, sekitar 20 orang, datang untuk masuk ke lahan tersebut. Namun, mereka dihalangi oleh kelompok lain yang mengaku sebagai ahli waris.
Akibatnya, situasi memanas. Lempar batu, kejar-kejaran, hingga penggunaan senjata terjadi. Spanduk di lokasi menyebutkan bahwa sengketa ini sedang ditangani oleh Dittipidum Bareskrim Polri, tapi hal itu tak mencegah konflik fisik.
Sengketa lahan bukan hal baru di Jakarta, apalagi di kawasan strategis seperti Kemang. Nilai properti yang tinggi sering kali memicu konflik antar pihak, baik itu ahli waris, pengembang, atau kelompok tertentu. Dalam kasus ini, ketegangan meningkat karena kedua belah pihak tidak mencari solusi hukum, melainkan main hakim sendiri.
Berikut beberapa alasan mengapa sengketa lahan sering berujung bentrok antar kelompok:
Polisi bergerak cepat merespons viral bentrok antar kelompok ini. Menurut Kapolsek Wahid Key, situasi mulai kondusif sekitar pukul 09.30 WIB. Kedua kelompok akhirnya membubarkan diri setelah petugas dari Polsek Mampang dan Polres Jakarta Selatan turun tangan. Namun, polisi tidak tinggal diam. Satreskrim Polres Jakarta Selatan langsung mengamankan 19 orang yang diduga terlibat dalam bentrokan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, menegaskan bahwa polisi sedang mendalami motif dan asal-usul senjata laras panjang yang muncul di video viral. Menariknya, Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Ade Rahmat Idnal, menyebut senjata tersebut hanyalah senapan angin, bukan senjata api sungguhan. Meski begitu, penggunaan senapan angin tetap dianggap membahayakan dan meresahkan masyarakat.
Polisi tidak hanya fokus menangkap pelaku, tapi juga memastikan situasi di Kemang tetap aman. Berikut langkah-langkah yang diambil:
Polisi juga menegaskan bahwa segala bentuk premanisme akan ditindak tegas. “Kami akan kejar siapa yang membuat kegaduhan ini,” ujar Kombes Ade Ary.
Viral bentrok antar kelompok ini bukan cuma bikin heboh di media sosial, tapi juga mengganggu aktivitas warga Kemang. Banyak pengendara yang terpaksa putar balik karena takut terlibat dalam keributan. Video yang diunggah akun Instagram @warungjurnalis dan selebgram @chacharaissa menunjukkan betapa kacaunya situasi. “Macett banget, chaos!” tulis @chacharaissa.
Warga yang melintas di Jalan Kemang Raya pagi itu mengaku was-was. Apalagi, kehadiran senjata laras panjang, meski ternyata senapan angin, tetap bikin suasana mencekam. Beberapa netizen bahkan berkomentar, “Sekarang bawa laras panjang, bukan parang lagi. Makin berani!”
Video viral bentrok antar kelompok ini langsung jadi perbincangan hangat di X. Postingan dari akun seperti @KompasTV dan @kumparan ramai dibagikan, dengan banyak warganet mempertanyakan keamanan di Kemang. Ada yang mendesak polisi segera menangkap otak di balik bentrokan, sementara yang lain khawatir soal maraknya aksi premanisme.
Tren di X juga menunjukkan bahwa isu ini memicu diskusi soal sengketa lahan dan keamanan publik. Banyak warganet menyayangkan kenapa konflik seperti ini masih terjadi di tengah kota metropolitan seperti Jakarta. Ada pula yang memuji respons cepat polisi, meski sebagian tetap skeptis soal penegakan hukum jangka panjang.
Viral bentrok antar kelompok di Kemang jadi pengingat bahwa sengketa lahan bisa berujung chaos jika tidak ditangani dengan baik. Pemerintah, aparat hukum, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mencegah insiden serupa. Berikut beberapa poin penting:
Insiden ini juga menunjukkan betapa cepatnya informasi menyebar di era digital. Video yang diunggah langsung viral, bikin polisi bergerak cepat. Namun, ini juga jadi tantangan buat aparat untuk memastikan narasi yang beredar tidak bias atau memicu konflik baru.
Kemang dikenal sebagai kawasan yang ramai dengan kafe, restoran, dan gaya hidup modern. Insiden viral bentrok antar kelompok ini sedikit mencoreng citra kawasan tersebut. Namun, dengan respons cepat polisi dan kesadaran masyarakat, Kemang bisa kembali jadi tempat yang aman dan nyaman. Polisi kini meningkatkan patroli di sekitar Jalan Kemang Raya untuk memastikan tidak ada bentrokan susulan.
Bagi warga Jakarta, insiden ini jadi pelajaran bahwa musyawarah dan jalur hukum jauh lebih baik ketimbang kekerasan. Pemerintah juga didesak untuk mempercepat penyelesaian sengketa lahan agar tidak lagi memicu bentrok antar kelompok di masa depan. Semoga kejadian ini jadi yang terakhir, dan Kemang kembali jadi destinasi favorit tanpa drama.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News