Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Tolak Tambang, Ratusan Mahasiswa Menggelar Aksi di Depan Kantor Pemkab Jember

PMII Jember Demo Tolak Izin Pertambangan (foto: Nawawi)

JEMBER, Pelitaonline.co – Ratusan mahasiswa menggelar Aksi demo di depan kantor Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Jember, guna menolak segala jenis bentuk penambangan dan tambak modern.

Para pelajar yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini sengaja menggelar unjuk rasa, karena ada isu Bupati Jember Hendy Siswanto bakal mendatangkan investor dalam industri pertambangan.

Pantauan di lapangan, dalam aksi tersebut polisi melakukan pengamanan ketat dengan membentangkan kawat berduri, supaya massa (Mahasiswa) tidak masuk di kantor Pemerintah Daerah.

“Ada sekitar 300 masa yang hadir dalam aksi ini,” ujar Ketua Cabang PMII Jember Muhammad Faqih Al- Haramain, Rabu (16/6/2021) usai melakukan Aksi.

Menurutnya, aksi ini sebagai bentuk penolakan terhadap kapitalisme pertambangan seperti pasir besi yang berada di pesisir pantai selatan dan pertambakan

Selain itu, untuk menekan pemerintah agar menyelesaikan konflik horizontal antara masyarakat dan perusahaan tambang.

“Khususnya yang terdampak dengan pertambakan modern, serta menekan pemerintah supaya menghentikan intimidasi dan kriminalitas terhadap nelayan dan petani,” terang Faqih.

Selain itu, Kata Faqih aksi ini juga untuk menolak ekploitasi tambang galian C, karena hal tersebut dapat merusak lingkungan. Segera merevisi perda tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilyah (RTRW) kabupaten Jember diberikan kepada masyarakat,” katanya.

Faqih menilai, sejauh ini pemkab Jember juga belum bisa menyelesaikan konflik horizontal antara penambang dengan masyarakat, sehingga jika keinginan bupati ini direalisasikan dapat menimbulkan masalah baru.

“Meskipun dengan dalih, supaya memberikan kontribusi terhadap pemerintah, justru hal itu bisa menimbulkan konflik baru di tengah masyarakat,” jelasnya.

Mengingat, pencemaran lingkungan air laut dan sungai masih sangat membayangi kehidupan masyarakat,  akibat kapitalisasi penambang terhadap ruang hidup warga sekitar.

“Karena tangkapan ikan menurun dan hasil panen petani juga menurun, akibat tidak adanya IPAL dalam industri pertambangan kita, sehingga kadar airnya  menurun,” beber Faqih. (Awi/Yud)

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Berita Serupa
Exit mobile version