
Ekspor Indonesia ke AS tidak kecil. Surplus perdagangan tahun lalu bahkan mencapai $16,8 miliar. Tapi Tarif Trump 2025 langsung membuat produk Indonesia tidak lagi kompetitif.
Penurunan permintaan dari AS artinya industri Indonesia harus menyesuaikan kapasitas produksinya. Artinya juga, ancaman PHK sudah di depan mata.
Langkah AS melalui Tarif Trump 2025 langsung memicu pelemahan rupiah. Depresiasi tajam terjadi sejak kebijakan diumumkan, bahkan mencapai titik terendah sejak krisis 1998.
Rupiah yang lemah membuat semua barang impor jadi lebih mahal. Biaya bahan baku naik. Akhirnya harga barang jadi ikut melambung. Ini menciptakan tekanan pada masyarakat yang pendapatannya tetap tapi pengeluarannya meningkat.
Situasi ini harus diwaspadai. Kalau dibiarkan, efek jangka panjangnya bisa lebih besar dari sekadar pelemahan mata uang.
Pemerintah Indonesia memilih pendekatan lunak dalam menghadapi Tarif Trump 2025. Fokus utama saat ini adalah diplomasi, bukan pembalasan.
Namun kamu harus tahu, diplomasi tidak akan berdampak cepat. Sementara itu, pelaku usaha dan pekerja sudah mulai merasakan tekanan nyata. Tindakan konkret dibutuhkan sekarang, bukan besok.
Tarif 32% membuat industri ekspor mulai goyah. Banyak pabrik mulai mengurangi jam kerja, bahkan merencanakan pengurangan karyawan. Ini bukan spekulasi, ini kenyataan.
Asosiasi Pengusaha Indonesia sudah memperingatkan: inflasi dan penurunan daya beli adalah ancaman nyata jika tidak segera ada respons kebijakan dari pemerintah.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News