
Kisah viralnya bermula pada 27 April 2025, saat Aura diundang ke rumah Dedi Mulyadi untuk berdiskusi. Forum itu sebenarnya membahas penggusuran rumah di bantaran sungai Bekasi. Namun, Aura justru mencuri perhatian dengan kritiknya terhadap kebijakan larangan wisuda sekolah. Menurutnya, wisuda bukan cuma soal biaya, tapi juga momen berharga untuk merayakan kebersamaan dengan teman-teman.
Dalam diskusi yang tayang di YouTube, Aura bilang biaya wisuda di sekolahnya cuma Rp1 juta per siswa. Ia merasa kebijakan Dedi terlalu kaku dan merenggut kenangan penting para pelajar. “Wisuda itu bukan cuma gaya-gayaan, tapi soal keadilan dan kenangan,” ujarnya. Sikapnya yang tegas dan lugas ini bikin video itu ditonton jutaan kali dan jadi tren di X.
Namun, Dedi Mulyadi tak tinggal diam. Ia menegaskan bahwa larangan wisuda dibuat untuk meringankan beban finansial keluarga kurang mampu. “Kamu gak punya rumah, tinggal di bantaran sungai, tapi ngotot minta wisuda. Logikanya dipakai, jangan sombong,” katanya. Pernyataan Dedi yang pedas ini memicu pro dan kontra di media sosial. Ada yang mendukung logika Dedi, tapi banyak pula yang merasa Aura punya hak bersuara.
Sosok Aura Cinta bukan cuma viral karena keberaniannya, tapi juga karena ia mewakili suara remaja di tengah isu sosial yang pelik. Berikut beberapa alasan kenapa kisahnya begitu menyita perhatian:
Tren di X menunjukkan bahwa tagar #AuraCinta dan #DediMulyadi ramai dibicarakan sepanjang akhir April 2025. Banyak pengguna X yang memuji Aura sebagai “remaja pemberani,” meski sebagian menyebutnya “terlalu ngotot” di tengah kondisi ekonomi keluarganya.
Kisah sosok Aura Cinta memicu beragam reaksi. Di satu sisi, netizen memuji keberaniannya menghadapi gubernur. Seorang pengguna X menulis, “Aura Cinta bukti kalau generasi muda gak cuma diam. Salut!” Di sisi lain, ada yang menganggap protesnya kurang tepat mengingat kondisi keluarganya yang sulit. “Fokus cari rumah dulu, wisuda mah nomor dua,” cuit salah satu akun.
Dedi Mulyadi sendiri konsisten dengan kebijakannya. Sejak dilantik sebagai Gubernur Jawa Barat pada Februari 2025, ia memang getol menolak acara perpisahan sekolah dan study tour yang dianggap membebani orang tua. Ia juga aktif menangani isu penggusuran untuk menata lingkungan, meski menuai kritik karena dianggap kurang memikirkan nasib warga terdampak.
Bagi Aura, kejadian ini membuka mata publik tentang dampak penggusuran terhadap pendidikan anak. Dalam salah satu unggahan di X, disebutkan bahwa penggusuran sering memaksa anak pindah sekolah atau bahkan putus sekolah. Kisah Aura jadi pengingat bahwa kebijakan publik harus mempertimbangkan sisi humanis.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News