Faktor Penghambat Pertumbuhan Ekonomi RI
Ekonomi global lagi tidak bersahabat. IMF memprediksi pertumbuhan dunia di 2025 cuma 3,3%, stagnan dibandingkan tahun sebelumnya. Ketegangan perdagangan, terutama kebijakan tarif baru dari AS di bawah Donald Trump, bikin pasar finansial goyang. Indeks dolar AS melonjak ke 109,96 pada Januari 2025, bikin rupiah dan mata uang lain melemah. Ini ngefek ke harga saham dan obligasi di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di dalam negeri, ada sinyal kurang oke. Beberapa indikator, seperti sentimen konsumen dan pertumbuhan kredit, menunjukkan permintaan domestik yang lemah. Data dari X juga menyoroti isu serius: kelas rentan miskin bertambah, pengangguran dari kalangan terdidik meningkat, dan PHK mulai terasa.
Sektor informal masih mendominasi, bikin ekonomi kita agak rapuh. Lalu, sektor pertambangan yang biasanya jadi andalan juga lesu karena permintaan global turun. Ini semua bikin pertumbuhan ekonomi RI tidak bisa ngegas seperti yang diharapkan.
Program Hilirisasi: Harapan atau Beban?
Hilirisasi jadi salah satu strategi kunci pemerintah. Di 2023, ekspor nikel melonjak 745% jadi USD33,52 miliar dari USD4 miliar pada 2017. Keren, kan? Tapi, ada catatan. Faisal Basri, ekonom senior, bilang hilirisasi nikel baru sampai tahap awal, kayak bikin nickel pig iron. Kalau mau berdampak besar, hilirisasi harus diperluas ke komoditas lain, seperti tembaga, pertanian, atau perikanan.
- Peluang: Hilirisasi bisa ningkatin nilai tambah dan serapan tenaga kerja. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seperti Gresik dan Kendal udah menyerap investasi Rp82,6 triliun dan 42.930 tenaga kerja di 2024.
- Tantangan: Butuh evaluasi mendalam biar tidak cuma fokus di nikel. Perlu pendalaman teknologi dan diversifikasi ke sektor lain.
Target 8%: Mungkinkah Tercapai?
Presiden Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi RI capai 8% selama masa jabatannya, sesuai visi Indonesia Emas 2045. Menurut studi IMF, ini butuh pertumbuhan riil 6-7% per tahun plus inflasi moderat. Tapi, dengan situasi global yang penuh ketidakpastian, target ini tidak gampang. Pemerintah punya 17 program prioritas, mulai dari swasembada pangan sampai hilirisasi.
Program makan bergizi dan bergabungnya Indonesia ke BRICS juga jadi langkah strategis. Tapi, kolaborasi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat jadi kunci utama. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bilang, “Tantangan harus jadi peluang.”