
Program pembinaan karakter anak ala militer bukan berarti melatih anak jadi tentara. Fokusnya adalah membentuk disiplin, tanggung jawab, dan karakter positif melalui pendekatan semi-militer. Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigjen Wahyu Yudhayana, program ini lebih menekankan bimbingan personal dan kelompok. Anak-anak tetap belajar seperti di sekolah biasa, tapi dengan tambahan kegiatan seperti:
Program ini bersifat sukarela, dengan persetujuan orang tua. Di Purwakarta, anak-anak tinggal di asrama militer selama 6 bulan hingga setahun. Harapannya, mereka pulang dengan perilaku yang lebih baik.
Depok menghadapi tantangan kenakalan remaja, seperti tawuran dan balap liar, yang meresahkan masyarakat. Supian Suri melihat potensi pendekatan militer untuk menangani masalah ini. Ia menyebut dua opsi utama:
Namun, Supian berharap jumlah anak nakal di Depok minim, sehingga tak perlu fasilitas baru. Kajian anggaran kini tengah dilakukan bersama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Pendekatan ini dianggap bisa melengkapi upaya lain, seperti pembentukan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) yang dicanangkan pada April 2025.
Wacana pembinaan karakter anak ala militer tak lepas dari perdebatan. Berikut pandangan dari dua sisi:
Meski menarik, wacana ini menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, anggaran jadi kendala utama. Depok masih menghitung biaya, baik untuk membangun fasilitas maupun bergabung dengan Purwakarta. Kedua, pendekatan ini butuh keterlibatan pakar, seperti psikolog dan konselor, untuk memastikan tak sekadar mendisiplinkan tapi juga menyelesaikan masalah perilaku. Ketiga, respons masyarakat perlu diukur, mengingat pendekatan militer bisa dianggap terlalu keras oleh sebagian orang.
Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya, menyarankan melibatkan ahli dalam merancang program. Ia menekankan pendekatan kekeluargaan, seperti konseling dan team building, agar anak merasa didukung, bukan dihukum.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News