Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Patung Biawak Wonosobo: Ikon Viral yang Pikat Hati

Mengapa Patung Ini Spesial?

  • Realistis Banget: Detail sisik, posisi tubuh, hingga lidah menjulur bikin orang takjub.
  • Anggaran Minim: Rp50 juta untuk hasil sekeren ini? Luar biasa!
  • Makna Lokal: Mewakili identitas “Krasak Mbenyawak” yang kental.
  • Spot Foto Baru: Banyak pengendara berhenti untuk swafoto.

Dilindungi Hak Cipta: Langkah Besar untuk Seni Lokal

Patung Biawak Wonosobo tak cuma viral, tapi juga resmi dilindungi hak cipta. Pada 26 April 2025, Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah memberikan sertifikat hak cipta kepada Rejo Arianto sebagai pencipta dan Bupati Afif Nurhidayat sebagai pemegang hak cipta. Momen ini bertepatan dengan Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, makin menegaskan nilai karya ini.

Hak cipta ini berlaku seumur hidup Rejo, ditambah 70 tahun setelah ia wafat. Artinya, patung ini tak sembarang bisa ditiru atau dikomersialisasi tanpa izin. Kepala Kanwil Kemenkumham Jateng, Heni Susila Wardoyo, menyebut patung ini sebagai karya monumental. Rejo sendiri bilang ini cuma “pemanasan” sebelum ia bikin monumen lain. Keren, kan?

Bupati Afif juga bangga. Ia berharap patung ini jadi pendorong pariwisata Wonosobo. Dengan hak cipta, karya ini tak cuma jadi kebanggaan lokal, tapi juga contoh pentingnya melindungi kekayaan intelektual di Indonesia.

Manfaat Hak Cipta untuk Patung Biawak Wonosobo

  • Perlindungan Hukum: Tak ada yang bisa klaim atau jiplak seenaknya.
  • Nilai Ekonomi: Bisa jadi aset pariwisata yang mendatangkan cuan.
  • Inspirasi Seniman: Dorong seniman lokal lain untuk daftarkan karya mereka.
  • Kebanggaan Daerah: Patung ini jadi simbol kreativitas Wonosobo.

Reaksi Masyarakat: Dari Jantungan sampai Bangga

Patung Biawak Wonosobo langsung mencuri perhatian begitu berdiri. Di media sosial, warganet ramai memuji desainnya yang realistis. Banyak yang bilang patung ini bikin jantungan karena mirip banget sama biawak asli. “Real bgt, bikin jantungan,” tulis akun @nungkyfebrii di X. Ada juga yang membandingkannya dengan tugu kura-kura di Sukabumi yang telan dana Rp15,6 miliar tapi cepat rusak. “Cuma Rp50 juta, tapi kualitasnya di atas standar,” timpal warganet lain.

Warga lokal juga antusias. Patung ini jadi spot swafoto favorit, baik buat warga Wonosobo maupun pengendara yang lewat. Nama “Tugu Monumental Krasak Menyawak” makin dikenal, bahkan jadi ikon baru di jalur Wonosobo-Banjarnegara. Banyak yang bilang patung ini bukan cuma seni, tapi juga cerita tentang kearifan lokal.

Tapi, nggak semua reaksi positif. Ada juga yang tanya-tanya soal anggaran. Awalnya, sempat beredar kabar dana dari desa, tapi Kepala Desa Krasak, Supinah, buru-buru klarifikasi. “Bukan dari dana desa, tapi CSR dan swadaya masyarakat,” tegasnya. Bupati Afif juga pastikan tak ada APBD yang dipakai. Klarifikasi ini bikin warga makin yakin bahwa patung ini murni hasil kerja keras bersama.

Apa Kata Warganet tentang Patung Biawak Wonosobo?

  • Pujian: “Keren, Wonosobo bikin patung murah tapi mewah!”
  • Perbandingan: “Tugu kura-kura Sukabumi kalah jauh, padahal miliaran.”
  • Humor: “Aku kira biawak beneran, eh patung!”
  • Dukungan: “Semoga makin banyak karya lokal kayak gini.”

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Halaman: 1 2 3
Berita Serupa
Exit mobile version