Patung Biawak Wonosobo: Ikon Viral yang Pikat Hati

Berita Terkini – Patung Biawak Wonosobo kini jadi buah bibir di mana-mana. Berdiri gagah di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, patung ini bukan cuma realistis, tapi juga punya cerita menarik di baliknya. Dari fakta pembuatannya, perlindungan hak cipta, hingga reaksi masyarakat, berikut ulasan lengkap tentang fenomena yang lagi hits ini.

Fakta Menarik Patung Biawak Wonosobo

Patung Biawak Wonosobo bukan sembarang tugu. Kerennya, patung ini dibuat dengan anggaran super hemat, cuma Rp50 juta! Bandingkan dengan monumen lain yang sering telan dana miliaran, karya ini jadi bukti kreativitas bisa lahir tanpa budget fantastis.

Patung setinggi 7 meter ini dirancang oleh seniman lokal, Rejo Arianto. Ia bukan sembarang seniman. Sebelum bikin patung ini, Rejo bahkan memelihara biawak untuk mempelajari anatomi dan gerakannya. Hasilnya? Patung yang begitu nyata sampai bikin pengendara kaget, mengira itu biawak sungguhan! Lokasinya di Jalan Raya Nasional Ajibarang-Secang, dekat Jembatan Krasak, juga strategis. Daerah ini dulu dikenal sebagai “Krasak Mbenyawak” karena banyak biawak berkeliaran.

Proses pembuatannya juga cepat, cuma 1,5 bulan. Dana berasal dari CSR kabupaten dan swadaya masyarakat, bukan APBD. Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, bilang ini adalah hasil gotong royong bersama BUMD. Patung ini bukan cuma seni, tapi juga simbol kekompakan warga.

Mengapa Patung Ini Spesial?

• Realistis Banget: Detail sisik, posisi tubuh, hingga lidah menjulur bikin orang takjub.
• Anggaran Minim: Rp50 juta untuk hasil sekeren ini? Luar biasa!
• Makna Lokal: Mewakili identitas “Krasak Mbenyawak” yang kental.
• Spot Foto Baru: Banyak pengendara berhenti untuk swafoto.

Dilindungi Hak Cipta: Langkah Besar untuk Seni Lokal

Patung Biawak Wonosobo tak cuma viral, tapi juga resmi dilindungi hak cipta. Pada 26 April 2025, Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah memberikan sertifikat hak cipta kepada Rejo Arianto sebagai pencipta dan Bupati Afif Nurhidayat sebagai pemegang hak cipta. Momen ini bertepatan dengan Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, makin menegaskan nilai karya ini.

Hak cipta ini berlaku seumur hidup Rejo, ditambah 70 tahun setelah ia wafat. Artinya, patung ini tak sembarang bisa ditiru atau dikomersialisasi tanpa izin. Kepala Kanwil Kemenkumham Jateng, Heni Susila Wardoyo, menyebut patung ini sebagai karya monumental. Rejo sendiri bilang ini cuma “pemanasan” sebelum ia bikin monumen lain. Keren, kan?

Bupati Afif juga bangga. Ia berharap patung ini jadi pendorong pariwisata Wonosobo. Dengan hak cipta, karya ini tak cuma jadi kebanggaan lokal, tapi juga contoh pentingnya melindungi kekayaan intelektual di Indonesia.

Manfaat Hak Cipta untuk Patung Biawak Wonosobo

• Perlindungan Hukum: Tak ada yang bisa klaim atau jiplak seenaknya.
• Nilai Ekonomi: Bisa jadi aset pariwisata yang mendatangkan cuan.
• Inspirasi Seniman: Dorong seniman lokal lain untuk daftarkan karya mereka.
• Kebanggaan Daerah: Patung ini jadi simbol kreativitas Wonosobo.

Reaksi Masyarakat: Dari Jantungan sampai Bangga

Patung Biawak Wonosobo langsung mencuri perhatian begitu berdiri. Di media sosial, warganet ramai memuji desainnya yang realistis. Banyak yang bilang patung ini bikin jantungan karena mirip banget sama biawak asli. “Real bgt, bikin jantungan,” tulis akun @nungkyfebrii di X. Ada juga yang membandingkannya dengan tugu kura-kura di Sukabumi yang telan dana Rp15,6 miliar tapi cepat rusak. “Cuma Rp50 juta, tapi kualitasnya di atas standar,” timpal warganet lain.

Warga lokal juga antusias. Patung ini jadi spot swafoto favorit, baik buat warga Wonosobo maupun pengendara yang lewat. Nama “Tugu Monumental Krasak Menyawak” makin dikenal, bahkan jadi ikon baru di jalur Wonosobo-Banjarnegara. Banyak yang bilang patung ini bukan cuma seni, tapi juga cerita tentang kearifan lokal.

Tapi, nggak semua reaksi positif. Ada juga yang tanya-tanya soal anggaran. Awalnya, sempat beredar kabar dana dari desa, tapi Kepala Desa Krasak, Supinah, buru-buru klarifikasi. “Bukan dari dana desa, tapi CSR dan swadaya masyarakat,” tegasnya. Bupati Afif juga pastikan tak ada APBD yang dipakai. Klarifikasi ini bikin warga makin yakin bahwa patung ini murni hasil kerja keras bersama.

Apa Kata Warganet tentang Patung Biawak Wonosobo?

• Pujian: “Keren, Wonosobo bikin patung murah tapi mewah!”
• Perbandingan: “Tugu kura-kura Sukabumi kalah jauh, padahal miliaran.”
• Humor: “Aku kira biawak beneran, eh patung!”
• Dukungan: “Semoga makin banyak karya lokal kayak gini.”

Dampak Patung Biawak Wonosobo ke Depan

Keberadaan Patung Biawak Wonosobo nggak cuma bikin heboh sekarang, tapi juga punya potensi besar ke depan. Pariwisata lokal mulai terdongkrak. Banyak pengunjung datang khusus untuk lihat dan foto patung ini. Bupati Afif bahkan berencana bikin patung lain bersama Rejo Arianto. Ini artinya, Wonosobo serius menjadikan seni sebagai daya tarik wisata.

Selain itu, patung ini juga jadi inspirasi. Banyak daerah lain yang mulai melirik konsep serupa: karya seni lokal dengan budget terjangkau. Di X, beberapa akun dari Samarinda sampai Gresik bilang iri dengan kreativitas Wonosobo. “Daerah lain harus belajar dari sini,” tulis @ch_chotimah2.

Patung ini juga membuktikan bahwa kolaborasi antara pemerintah, seniman, dan masyarakat bisa hasilkan sesuatu yang luar biasa. Dengan hak cipta yang sudah dikantongi, Patung Biawak Wonosobo nggak cuma jadi ikon lokal, tapi juga simbol bahwa seni berkualitas tak selalu butuh dana besar.

Tren Terkini Terkait Patung Biawak Wonosobo

• Viral di Medsos: Ribuan postingan di X dan TikTok soal patung ini.
• Booster Pariwisata: Banyak turis lokal datang ke Krasak.
• Inspirasi Daerah Lain: Beberapa kabupaten mulai rencanakan tugu serupa.
• Apresiasi Seni Lokal: Nama Rejo Arianto kini dikenal luas.

Patung Biawak Wonosobo adalah bukti nyata bahwa kreativitas, kerja sama, dan sentuhan lokal bisa lahirkan karya yang mendunia. Dari anggaran minim sampai perlindungan hak cipta, patung ini bukan cuma bikin orang takjub, tapi juga bangga. Jadi, kalau lewat Wonosobo, jangan lupa mampir ke Desa Krasak buat lihat langsung keajaiban “Tugu Monumental Krasak Menyawak” ini