Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Rupiah di Ujung Tanduk: Mengapa Nilai Tukar Rupiah Melemah dan Apa Dampaknya?

  • Dolar AS yang Menguat
    Data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan, seperti kenaikan penjualan barang tahan lama sebesar 0,9% (melebihi ekspektasi penurunan 1%), turut menguatkan dolar AS. Ketika dolar naik, mata uang emerging markets seperti rupiah otomatis tertekan. “Rupiah bukan satu-satunya yang melemah; ringgit, peso, dan won juga terpuruk pagi ini,” ujar Lukman dalam wawancara dengan Kompas.com pada 7 April 2025.
  • Kekhawatiran Fiskal Dalam Negeri
    Di sisi internal, kebijakan populis pemerintah yang meningkatkan belanja tanpa diimbangi pendapatan yang memadai menjadi sorotan. Poskota melaporkan pada 6 April 2025 bahwa kurs rupiah tembus Rp17.059, dipicu oleh ketidakpastian investor terhadap utang dan inflasi domestik. “Pengeluaran besar untuk program sosial dan infrastruktur membuat investor khawatir,” kata pengamat ekonomi Ibrahim Assuabi dari Laba Forexindo Berjangka.
  • Capital Flight dan Gejolak Pasar Postingan di X oleh pengguna @asepjpeg pada 7 April 2025 menyebutkan, “Investor asing mulai tarik modal → tekanan ke nilai tukar.” Tren ini diperkuat oleh laporan CNBC Indonesia yang mencatat rupiah sempat menyentuh Rp16.754 pada 3 April 2025, level terendah sejak 1998.

Dampak Nyata bagi Masyarakat Nilai Tukar Rupiah Melemah

Ketika nilai tukar rupiah melemah, efeknya langsung terasa di berbagai sektor. Berikut adalah beberapa dampak yang mulai terlihat:

  • Harga Barang Impor Melonjak
    Barang-barang impor seperti elektronik, bahan baku industri, dan makanan olahan menjadi lebih mahal. “Harga suku cadang otomotif terancam naik,” tulis money.kompas.com pada 2 April 2025, mengindikasikan tekanan pada industri lokal.
  • Inflasi dan Daya Beli Menurun
    Kenaikan harga minyak dunia dan barang impor memperburuk inflasi domestik. Seorang pedagang di Jakarta, Budi Santoso, mengeluh kepada ANTARA News, “Harga beras impor naik, pelanggan saya mulai beralih ke yang lokal, tapi stok terbatas.
  • Beban Utang Membengkak
    Bagi perusahaan atau pemerintah yang memiliki utang dalam dolar AS, pelemahan rupiah berarti beban pembayaran meningkat. “Depresiasi rupiah bisa memengaruhi kemampuan debitur membayar,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, pada 28 Maret 2025.
  • Sektor Pariwisata dan Ekspor
    Di sisi positif, rupiah yang lemah bisa mendongkrak ekspor dan pariwisata. “Produk kita jadi lebih murah di pasar global,” ujar seorang eksportir tekstil dari Bandung kepada CNN Indonesia. Namun, manfaat ini belum cukup mengimbangi dampak negatif lainnya.

Upaya Stabilisasi dan Prediksi ke Depan

Bank Indonesia (BI) telah menyatakan kesiapannya untuk melakukan intervensi demi menstabilkan rupiah. “Kami punya cadangan devisa Rp154,5 miliar per Februari 2025, jauh lebih kuat dibandingkan 1998,” kata pejabat BI kepada Reuters pada 26 Maret 2025. Meski begitu, tekanan global dan domestik membuat upaya ini cukup menantang.

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Halaman: 1 2 3
Berita Serupa