
Berita Terkini – Jagat maya diramaikan video menyedihkan dari Pasar Mangu, Boyolali. Seorang nenek diduga curi bawang dan dihajar warga hingga bersimbah darah. Kejadian ini bikin netizen geram sekaligus prihatin. Apa sebenarnya yang terjadi? Mari kita ulas fakta-fakta di balik peristiwa yang viral ini.
Pagi itu, Sabtu, 3 Mei 2025, sekitar pukul 05.30 WIB, Pasar Mangu, Ngemplak, Boyolali, masih sepi. Seorang nenek berinisial SA, usia 67 tahun, warga Polanharjo, Klaten, tertangkap tangan mengambil bawang putih. Menurut Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto, nenek ini mengambil sekitar 5 kg bawang tanpa membayar. Aksinya memicu kemarahan warga, terutama karena SA diduga bukan kali pertama melakukan hal serupa.
Video yang beredar di Instagram, diunggah akun seperti @insta_kendal dan @boyolaliku .id, menunjukkan nenek dengan wajah dan jilbab berlumur darah. Ia berjalan tertatih, memegang pagar tangga untuk turun dari pasar. Suara warga terdengar, ada yang menasihati, “Wangsul mawon, benjing ampun dibaleni nggih” (Pulang saja, jangan diulangi ya), tapi ada pula yang mencemooh, “Maling bawang ndek pasar.”
Kejadian nenek diduga curi bawang ini memicu reaksi keras. Warga yang geram langsung main hakim sendiri. Dua petugas keamanan pasar, ZA dan KA, kini diamankan polisi karena diduga menjadi pelaku penganiayaan. Menurut Kapolsek Ngemplak, AKP Widarto, SA pernah beberapa kali kedapatan mencuri, tapi pedagang biasanya hanya mendiamkan. Kali ini, kesabaran warga habis.
Namun, aksi kekerasan ini menuai kecaman. Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, menyebut tindakan warga sebagai “premanisme tak berperasaan.” Ia menegaskan, meski SA salah, hukuman brutal tak dibenarkan. Netizen di X, seperti akun @Heraloebss, juga protes, “Hukumannya tak perlu berlebihan seperti ini, ga tega ngeliatnya.” Banyak yang menyayangkan kurangnya empati terhadap lansia.
Polres Boyolali langsung bertindak setelah video viral. Mereka mendatangi lokasi, tapi SA sudah meninggalkan pasar. Petugas keamanan sempat menawarkan membawa SA ke rumah sakit, namun ia menolak dan memilih pulang. Polisi kini telah mengidentifikasi SA dan mengunjungi rumahnya di Klaten untuk penyelidikan lebih lanjut.
Dua pelaku penganiayaan, ZA dan KA, sedang diperiksa. Meski pedagang tidak melaporkan pencurian, polisi tetap menangani kasus penganiayaan ini. Pasal 351 KUHP mengancam pelaku penganiayaan dengan hukuman hingga dua tahun delapan bulan penjara. Ini jadi pengingat bahwa main hakim sendiri melanggar hukum.
Di balik kejadian nenek diduga curi bawang, ada cerita pilu. SA bukan pencuri profesional. Ia lansia yang berjuang mencari nafkah. Penghasilan dari jualan sayur dan gorengan tak cukup memenuhi kebutuhan. Anaknya, buruh bengkel, juga tak mampu menutupi semua keperluan. Tekanan ekonomi diduga mendorong SA nekat mengambil bawang.
Kejadian ini membuka diskusi soal kemiskinan dan perlindungan lansia. Banyak netizen menyarankan agar kasus seperti ini diselesaikan dengan mediasi, bukan kekerasan. Misalnya, melibatkan kepala desa atau tokoh masyarakat untuk mencari solusi yang manusiawi.
Video nenek diduga curi bawang menyebar cepat di media sosial. Akun seperti @kompascom dan @geloraco mengunggah berita ini, diikuti komentar netizen yang beragam. Ada yang marah pada warga yang menghajar, ada pula yang mempertanyakan sistem keamanan pasar. Tagar #NenekDidugaCuriBawang sempat trending di X, menunjukkan betapa peristiwa ini menyita perhatian.
Media sosial juga jadi wadah edukasi. Banyak yang mengingatkan pentingnya menyerahkan pelaku ke polisi ketimbang main hakim sendiri. Kasus ini mengingatkan kita semua: kemarahan tak boleh mengalahkan nurani.
Kejadian nenek diduga curi bawang di Pasar Mangu Boyolali menyisakan luka, baik bagi SA maupun citra pasar itu sendiri. Pasar Mangu, yang dikenal sebagai pasar petani dan sempat direvitalisasi pada 2018, kini tercoreng oleh insiden ini. Namun, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa diambil.
Kasus nenek diduga curi bawang ini bukan sekadar berita viral. Ini cerminan tantangan sosial yang perlu kita hadapi bersama. Pemerintah, masyarakat, dan pengelola pasar bisa berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan manusiawi. Misalnya, memperkuat program bantuan sosial untuk lansia atau mengadakan pelatihan keamanan pasar yang berbasis empati.
Sementara itu, kisah SA mengajak kita merenung. Di balik setiap tindakan, ada cerita hidup yang tak selalu hitam-putih. Mari belajar dari kejadian ini untuk lebih bijak menyikapi konflik, tanpa melupakan kemanusiaan.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News