Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Motif Kakek Bacok Tetangga: Tragedi Berdarah di Bojonegoro

Latar Belakang Tragedi dan Motif Kakek bacok tetangga

Bojonegoro, kabupaten di Jawa Timur, dikenal dengan kekayaan alamnya, terutama minyak dan gas. Namun, sengketa tanah sering jadi masalah di wilayah ini. Desa Kedungadem, tempat kejadian, adalah desa kecil yang mayoritas warganya petani. Konflik soal tanah bukan hal baru. Banyak warga terlibat perselisihan serupa karena lahan adalah aset berharga.

Dalam kasus ini, motif Kakek bacok tetangga terkait tanah menunjukkan betapa sensitifnya isu kepemilikan di desa. Tanah bukan cuma soal ekonomi, tapi juga harga diri. Ketika tanah Sujito dijadikan jalan umum, ia merasa martabatnya diinjak. Sayangnya, emosi ini berujung pada tindakan keji yang mengguncang kedamaian desa.

Tanggapan Kepolisian: Cepat dan Tegas

Polres Bojonegoro bergerak cepat usai kejadian. Sujito berhasil ditangkap tak lama setelah pembacokan. Kasat Reskrim Polres Bojonegoro, AKP Bayu Adji Sudarmono, mengungkapkan bahwa motif Kakek bacok tetangga ini adalah dendam terkait sengketa tanah. Polisi kini mendalami kasus ini untuk memastikan semua fakta terungkap.

Polisi juga melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Musala Al-Manar. Parang yang digunakan Sujito disita sebagai barang bukti. Dua korban yang selamat, Arik Wijayanti dan Cipto Rahayu, dirawat intensif di RSUD Sosodoro Djatikusumo. Sementara itu, AA dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian.

Langkah Kepolisian

  • Penangkapan Pelaku: Sujito diamankan untuk mencegah kabur atau aksi lanjutan.
  • Pemeriksaan TKP: Polisi mengumpulkan bukti di musala, termasuk bercak darah dan parang.
  • Investigasi Motif: Fokus pada sengketa tanah dan riwayat konflik Sujito dengan korban.
  • Pengamanan Wilayah: Patroli ditingkatkan untuk menenangkan warga.

Polisi juga mengimbau warga melaporkan potensi konflik serupa lebih awal. “Jangan sampai masalah kecil berujung tragedi,” ujar AKP Bayu, seperti dikutip dari Kompas.com.

Reaksi Warga: Syok dan Ketakutan

Warga Desa Kedungadem masih trauma dengan kejadian ini. Musala, tempat yang seharusnya jadi simbol kedamaian, berubah jadi saksi kekerasan. Suyanto, warga setempat, menceritakan bagaimana Sujito masuk musala sekitar pukul 04.15 WIB dengan parang. “Dia tiba-tiba menyerang. Pak Cipto yang coba melerai malah kena bacok,” katanya.

Banyak warga menyebut Sujito biasanya pendiam, tapi dikenal keras kepala soal tanah. Postingan di X juga ramai membahas kejadian ini. Salah satu akun menyebut Sujito sempat berteriak soal “mafia tanah” usai membacok, menunjukkan kemarahannya yang mendalam. Namun, warga lain menyesalkan kenapa konflik ini tak diselesaikan secara damai.

Sentimen Warga

  • Kecaman: Banyak yang menyayangkan tindakan Sujito, terutama karena terjadi di musala.
  • Ketakutan: Warga khawatir ada konflik lanjutan atau balas dendam.
  • Seruan Mediasi: Ada desakan agar pemerintah desa lebih aktif menyelesaikan sengketa tanah.

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Halaman: 1 2 3
Berita Serupa
Exit mobile version