
JEMBER – Sebuah usaha lokal berdiri di Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Jember. Usaha tersebut merupakan inovasi lokal yang memproduksi minyak batok kelapa yang kemudian diolah menjadi berbagai macam produk herbal.
Andri Yono, Penanggung Jawab Produksi, menjelaskan bahwa usaha ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar, tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat setempat, terutama pemuda.
“Di sini, kami memproduksi dua jenis hasil utama dari minyak batok kelapa, yaitu asap cair berbentuk minyak yang kemudian digunakan sebagai antiseptik untuk hewan dan manusia,” kata Andri, Minggu (23/03/2025).
“Serta ada juga minyak aksiri yang bahan bakunya diambil dari petani lokal dan merupakan batok kelapa yang sudah tidak digunakan,” sambungnya.
Andri menambahkan bahwa produk ini melibatkan partisipasi aktif warga dan pemuda setempat, sebagai upaya untuk mengurangi angka perantauan di kalangan anak muda.
“Sebagian besar pekerja yang kami berdayakan untuk menjalankan usaha ini adalah para pemuda lokal. Tujuannya agar mengurangi angka perantau dan juga membuka lapangan pekerjaan bagi para pemuda,” jabarnya.
Minyak atsiri yang dihasilkan, kata Andri melanjutkan, mencakup berbagai jenis, seperti minyak cengkeh, kunyit, serai, dan kayu putih, dengan total mencapai 32 jenis.
“Proses produksi dimulai dengan pengumpulan tempurung kelapa dari pasar tradisional, yang kemudian didestilasi selama tiga hari untuk menghasilkan asap cair hingga 500 liter per produksi,” jelas Andri.
Setelah proses destilasi, lanjut Andri, produk tersebut akan melalui tahap eliminasi pengotor untuk mencapai standar food grade.
“Kami juga mengkombinasikan hasil destilasi dengan bahan herbal lainnya seperti kunyit dan laos, lalu mengemasnya sesuai segmen pasar,” tambah Andri.
Misalnya, kata Andri, dijadikan antiseptik untuk obat sariawan yang kemudian dikemas dalam botol kecil 10 mili liter, sementara antiseptik untuk hewan dikemas dalam ukuran 250 mili liter.
Andri berharap, usaha ini dapat berkembang lebih besar lagi, sehingga dapat melibatkan lebih banyak pemuda di sekitar mereka.
“Kami berencana untuk memulai wacana ekspor setelah lebaran, karena 80% dari komoditi yang kami produksi adalah untuk pasar ekspor,” jelasnya.
Dengan semangat kewirausahaan dan keberlanjutan, Andri berharap usaha minyak batok kelapa di Desa Kemiri itu tidak hanya berpotensi untuk meningkatkan perekonomian lokal, tetapi juga membuka peluang bagi produk herbal Indonesia di pasar internasional.
Diketahui, usaha minyak batok kelapa itu, juga didirikan oleh Andri melalui naungan Koperasi Pemuda Desa Kemiri Makmur yang mencakup banyak usaha lain di dalamnya.
Ketua Koperasi Pemuda Makmur, Muhammad Salim mengatakan, koperasi tersebut mencakup 9 usaha yang dijalani di wilayah Desa Kemiri.
“Dalam koperasi ini, ada sembilan pokok usaha yang sedang kami jalankan. Pertama, perdagangan, terus industri kelapa mentah, industri aksiri, industri farmasi hewan, rumah makan, dan industri pariwisata, ekspor, dan learning center,” kata pria yang akrab dipanggil Salim itu.
Salim menyebut, usaha-usaha dalam koperasi itu, dijadikan komoditas tersendiri bagi para pemuda lokal, untuk menumbuh kembangkan ekonomi di wilayah Desa Kemiri bahkan di Kabupaten Jember.
“Usaha itu yang kemudian dikelola lebih awal dan pengembangannya sudah fokus untuk ekspor sendiri. Memberdayakan pemuda lokal dan sampai hari ini yang sudah kita proses ekspor adalah minyak nilam. Aksiri dalam hal ini adalah nilam yang sudah kita proses secara mentahan,” jelasnya.
“Jadi kembali kepada asas dari koperasi itu sendiri, yakni adalah dari anggota untuk anggota, sehingga hal ini yang kita bangun kekeluargaan,” sambung Salim.
Alasan mendasar dibentuknya koperasi itu adalah berdasarkan hasil kumpul-kumpul dan bincang-bincang beberapa tahun lalu dengan pemufa desa.
“Umumnya teman-teman (anggota koperasi) disini hampir 80% adalah perantau yang dulunya bekerja di Bali, Surabaya, Jakarta, bahkan ada yang ke Malaysia sebagai pekerja migran,” katanya.
“Sehingga, dari situ timbul pemikiran dari kami, kalau seandainya ada kegiatan yang produktif di desa yang bisa dikelola oleh pemuda, yang nanti income-nya juga ke pemuda, akan signifikan hasilnya untuk pemuda lokal,” imbuhnya.
Akhirnya, kata Salim, pihaknya bersama muda mudi tersebut membentuk unit usaha, yang berawal dari mimpi 3 tahun yang lalu.
“Dari mimpi itu memang baru terrealisasi tahun ini. Karena rata-rata banyak umumnya masyarakat memaknai nafako hanya sekedar uang saja. Padahal, secara agama nafako itu adalah ya uang, ya biologis, ya juga pendidikan,” ungkapnya.
“Makanya dari itu, kalau di masyarakat finansialnya sudah terpenuhi, jadinya urusan biologis, dan pendidikan dikesampingkan. Kami tidak menginginkan dari itu, makanya pemuda yang masih belum berkeluarga, yang secara SDM masih belum mumpuni, kita rekrut menjadi anggota dan menjadi tim kami untuk di kota sini,” tambahnya menegaskan.
Selain itu, tingginya angka perceraian serta stunting di Desa Kemiri juga menjadi dasar pemikiran memberdayakan warga lokal terutama wanita yang menjadi korban perceraian.
“Makanya, ini juga upaya menekan angka perceraian. Kemarin itu di Desa Kemiri ini angka nikah muda itu banyak. Bahkan masih ada yang nikah siri. Ada juga yabg baru punya anak satu kemudian cerai, sehingga hak-haknya sebagai seorang istri maupun seorang anak apabila nikah siri kan tidak terpenuhi,” papar Salim.
“Kami ingin memerangi itu, cuman kan kita tidak hanya ngomong doang. Kita bentukkan koperasi ini dan ayo kita ciptakan lapangan pekerjaan yang kemanfaatannya juga untuk para pemuda itu sendiri, sehingga mereka tidak perlu repot-repot atau jauh-jauh merantau untuk kerja,” tutup Salim. (amb/red)
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News