
Kalender Jawa weton lahir dari perpaduan budaya Hindu-Buddha dan Islam di Jawa. Sistem ini mulai terdokumentasi pada masa Kerajaan Mataram. Berbeda dengan kalender Masehi yang fokus pada perputaran matahari, kalender Jawa mengikuti siklus bulan dan pasaran. Setiap weton punya nilai neptu, yaitu angka khusus yang dihitung dari hari dan pasaran.
Filosofi weton mencerminkan keseimbangan. Orang Jawa percaya, memahami weton membantu menyelaraskan hidup dengan alam. Misalnya, weton tertentu dianggap cocok untuk acara besar, sementara yang lain lebih baik dihindari. Hingga 2025, tradisi ini masih kuat di pedesaan dan mulai populer di kota, terutama di kalangan milenial yang penasaran dengan akar budaya mereka.
Menghitung weton sebenarnya sederhana, tapi butuh ketelitian. Berikut langkah-langkahnya:
Neptu ini penting untuk ramalan jodoh atau menentukan hari baik. Banyak situs kini menyediakan kalkulator weton otomatis, sehingga kamu tak perlu menghitung manual. Namun, memahami prosesnya tetap menambah wawasan budaya.
Weton bukan cuma soal ramalan, tapi juga panduan hidup. Berikut beberapa fungsi weton yang masih relevan:
Di 2025, weton juga jadi konten populer di TikTok dan Instagram. Banyak kreator berbagi tutorial menghitung weton atau cerita lucu soal ramalan jodoh. Ini membuktikan kalender Jawa weton tetap hidup di era digital.
Media sosial jadi pendorong utama popularitas weton. Banyak anak muda mencari tahu weton mereka untuk bikin konten atau sekadar iseng. Aplikasi seperti Primbon Jawa dan Weton Online mencatat jutaan unduhan di 2024. Selain itu, komunitas budaya Jawa di X sering berbagi info terbaru soal weton, seperti prediksi hari baik di 2025.
Tren ini juga didukung maraknya acara budaya, seperti festival kalender Jawa di Yogyakarta. Bahkan, brand lokal mulai memanfaatkan weton untuk promosi, seperti edisi terbatas produk bertema pasaran Jawa. Ini menunjukkan weton bukan cuma tradisi, tapi juga identitas budaya yang marketable.
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News