
JIMBARAN, Pelitaonline.co – Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi dan Menteri Ekonomi ASEAN kembali menggelar pertemuan hari kedua di acara ASEAN Economic Ministers (AEM) Special Meeting di Jimbaran, Bali, Rabu (18/5/2022).
Pertemuan dilakukan, selama lebih dari tiga jam dalam suasana dialog yang bebas dan informal. Para Menteri Ekonomi dari 10 negara ASEAN mengedepankan kesatuan pemahaman dan cara pandang untuk semua isu yang dibahas.
Mulai dari evaluasi hasil dari KTT Khusus Amerika Serikat (AS)-ASEAN minggu lalu. menganalisis situasi ekonomi dunia, kondisi, tantangan dan prioritas pembagunan masing-masing negara.
Selain itu, juga memperlancar rantai pasokan antarnegara ASEAN; serta memastikan semakin terintegrasi nya perekonomian ASEAN terhadap rantai pasok dunia. Selain itu juga membahas proposal kerja sama yang diajukan kawasan ekonomi lainnya.
Contohnya, sepertI Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) yang didorong AS, Strategi on IPEF yang didorong Uni Eropa, dan ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF), yang merupakan komitmen bersama ASEAN dalam memulihkan perekonomian kawasan.
Demikian juga evaluasi atas relevansi dan efektivitas dari berbagai aspek yang selama ini menjadi keunikan, Seperti yang selama ini dikenal dengan the ASEAN Way yang terdiri dari kesatuan ASEAN (unity), sentralitas ASEAN (centrality) dan komunitas (community) ASEAN.
Selain itu, pembahasan juga mencakup tentang penilaian bersama atas the ASEAN Charter, serta perlunya untuk lebih memberdayakan Sekretariat ASEAN. Suasana pertemuan yang bebas dan informal menciptakan kebersamaan dan kepercayaan antarnegara anggota ASEAN.
“Kami mengapresiasi Mendag Lutfi yang telah membuatnya sedemikian rupa,” kata Deputy Secretary-General of ASEAN for ASEAN Economic Community Satvinder Singh.
Mendag Lutfi juga mengatakan, optimismenya bahwa perekonomian ASEAN akan kembali ke kondisi sebelum pandemi. “Kami optimistis bahwa perekonomian ASEAN akan kembali ke kondisi sebelum pandemi, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diperkirakan mencapai 4,9 persen pada 2022 dan 5,2 persen pada 2023,” ujarnya.
Meski demikian, lanjut Mendag, ASEAN harus siap dan waspada terhadap berbagai dinamika global yang dapat berkembang di masa depan. Implementasi dari ACRF perlu dipercepat. Juga Pentingnya mempercepat implementasi secara penuh dan efektif dari persetujuan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) sebagai kontributor pemulihan ekonomi dari pandemi.
Pertemuan ini juga memberi arahan terkait isu-isu perubahan iklim dan menjadi wujud upaya komitmen Paris Agreement Under the United Nations Framework Convention on Climate Change. “Indonesia menekankan komitmennya untuk segera mengimplementasikan RCEP dan menyambut baik soliditas ASEAN dalam menghadapi berbagai isu regional dan global yang berkembang saat ini.” ungkapnya.
Salah satunya, kebijakan terkait lingkungan yang dikeluarkan secara unilateral yang berpotensi menjadi hambatan perdagangan. Sehingga ASEAN perlu mencari langkah kolektif agar agenda terkait lingkungan dan ekonomi dapat berjalan secara berkesinambungan,” tegas Mendag.
Menanggapi keinginan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk meningkatkan kerja sama dengan
kawasan Indo–Pasifik, para Menteri Ekonomi ASEAN menyampaikan pentingnya sentralitas ASEAN dalam membangun arsitektur kawasan yang lebih luas.
Mendag Lutfi menegaskan kembali apa yang sudah diserukan Presiden Jokowi dalam KTT AS-ASEAN minggu lalu mengenai pentingnya menjadikan dokumen ASEAN Outlook on Indo–Pacific (AOIP) sebagai acuan kerja sama ASEAN ke depan.
“AOIP adalah sikap resmi ASEAN untuk membuka seluas-luasnya peluang kerjasama perekonomian dengan kawasan manapun selama dilakukan dengan terbuka dan inklusif. Sudah menjadi karakter utama ASEAN yang selalu mendorong kolaborasi yang bermanfaat dibandingkan persaingan yang sehat. Apalagi rivalitas yang ujungnya hanya mempertajam perbedaan dan membuka potensi konflik,” pungkas Mendag Lutfi. (Yud/Rilis Kemendag)
Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA
Temukan Berita Terbaru: Google News