Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

MBKM, Mencetak Sarjana FISIP UM Jember Yang Tangguh dan Relevan

Mahasiswa llmu pemerintahan Fisip UMJ bersama Kades Tegalsari. (foto: Nawawi)

JEMBER, Pelitaonline.co – Merdeka Belajar–Kampus Merdeka (MBKM) yang diluncurkan oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim, merupakan kerangka untuk menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh dan relevan dengan dunia kerja dan kebutuhan zaman.

Oleh karenanya mahasiswa diberikan hak selama 3 semester untuk belajar di luar program studinya. Kebijakan Menteri’ tersebut oleh pihak Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Jember diterjemahkan menjadi program Praktek Kerja MBKM.

Program ini diperuntukkan bagi mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP untuk melakukan pembelajaran praktek kerja langsung di lapangan selama 6 bulan yakni pada 9 Kecamatan, antara lain;  kecamatan Ledokombo, Sumberjambe, Sukowono, Sukorambi, Panti, Jelbuk, Bangsalsari, Wuluhan dan Ambulu.

“Program Praktik Kerja MBKM ini telah berjalan hampir 6 bulan. Berarti mahasiswa ini sudah menempuh  pembelajaran setara dengan 20 (dua puluh) sks,” tutur Akbar Maulana S.IP., M.Si, Dosen Pembimbing Praktik Kerja MBKM untuk mahasiswa yang ditempatkan di Kecamatan Ambulu, Wuluhan dan Bangsalsari.

Menurutnya, program ini mampu memberikan tantangan dan kesempatan kepada mahasiswanya untuk mengembangkan inovasi, kreativitas dan kapasitas, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan program pemerintahan kolaboratif di wilayah kecamatan.

“Khususnya yang berkaitan dengan persoalan tata kelola pemerintahan kolaboratif di OPD Kecamatan Ambulu, Wuluhan, dan Bangsalsari, mahasiswa kami menemukan permasalahan kolaborasi di sektor pariwisata,” ujarnya.

Untuk itu tambah Akbar, mahasiswa kami telah mengupayakan percepatan kolaborasi pariwisatanya dengan agenda Forum Group Discussion (FGD) para pemangku kepentingan terlebih dahulu.

Senada, Maulida Rahmatul Ilmi (21 tahun) Koordinator Praktik Kerja MKBM di Kecamatan Ambulu mengungkapkan, bahwa kenyataan di lapangan yang ia temui di Desa Sumberrejo ialah potensi pariwasata “Pantai Payangan” yang memerlukan percepatan kolaborasi multipihak.

“Di kecamatan Ambulu, wisata pantai Payangan sangatlah potensial untuk dilakukan percepatan kolaborasi pariwisatanya. Area Pantai Payangan ini sangat luas. Pantai pertama berupa pantai nelayan yang menghadap ke arah barat daya, sedangkan pantai kedua  berupa pantai dengan batu karang yang dipisahkan oleh sebuah bukit,” tutur Ilmi.

Terkait dengan percepatan kolaborasi pariwisata di Pantai Payangan, akhirnya Ilmi, Andrian, Bela, Fenti dan Aris dipercaya oleh Camat Ambulu untuk mendesain rancangan teknik kolaborasinya. Hal ini merupakan suatu kesempatan yang luar biasa yang diberikan kepada mahasiswa.

“Alhamdulillah kami dipercaya oleh Pak Camat untuk mendesain program kolaborasi di pantai Payangan. Dan program ini sudah mendapat support dari pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Jember,” kata Andrian.

Berbeda dengan di Kecamatan Ambulu, problem percepatan kolaborasi di sektor pariwisata di Kecamatan Wuluhan cenderung lebih berat. Hal ini disebabkan banyak kepentingan sektoral dari berbagai pihak yang harus disinergikan.

“Kalau di Kecamatan Wuluhan ini  problem kolaborasi wisatanya lebih rumit’. Karena lokasi wisata paralayang yang mau dikolaborasikan ini menyangkut 4 pemangku kepentingan, yaitu desa Dukuh Dempok, desa Tanjung Rejo, desa Tamansari dan pihak perhutani.” Ungkap Yashinta (21) koordinator Praktik Kerja MKBM di Kecamatan Wuluhan.

Meski cenderung lebih rumit problem kolaborasinya, namun si Shofi (21 tahun) yang sehari-hari menjadi karibnya Yashinta ini tetap optimis bahwa kolaborasi pariwasata Paralayang di Kecamatan Wuluhan akan diupayakan percepatannya.

“Untuk itu, kami berlima akan secepatnya bergerak meyakinkan pihak 3 pemerintah desa dan pihak perhutani tentang pentingnya menerapkan prinsip kolaborasi pada wisata Paralayang.” Ujar Shofi yang diamini oleh Yayang, Illa dan Nuafal.

Usai 4 pihak pemangku kepentingan tersebut mereka dekati, maka, selanjutnya Shofi dan kawan kawannya segera berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak swasta supaya mau berkolaborasi mengelola wisata Paralayang dengan prinsip pariwisata kolaboratif. (Awi/Yud)

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Berita Serupa
Exit mobile version