Iklan Floating Google AdSense (Diperbaiki)
×

Mati Listrik Massal di Bali: Pulau Dewata Gelap, Apa yang Terjadi?

Berita Terkini – Pada Jumat sore, 2 Mei 2025, Bali tiba-tiba gelap. Mati listrik massal di Bali melanda seluruh pulau, mulai pukul 16.00 WITA. Lampu padam, jalanan macet, dan aktivitas warga terhenti. Bayangkan, pulau wisata dunia yang selalu ramai tiba-tiba sunyi tanpa aliran listrik. Apa penyebabnya? Bagaimana dampaknya? Mari kita ulas kejadian ini secara santai tapi informatif.

Kronologi Mati Listrik Massal di Bali

Sore itu, sekitar pukul 16.00 WITA, warga Bali mulai menyadari sesuatu tak beres. Lampu di rumah, toko, hingga hotel tiba-tiba mati. Media sosial, khususnya X, langsung ramai. Banyak warga melaporkan pemadaman serentak di Denpasar, Kuta, hingga Buleleng. PLN Unit Induk Distribusi Bali segera mengonfirmasi: mati listrik massal di Bali terjadi akibat gangguan pada kabel bawah laut Jawa-Bali. Kabel ini menghubungkan pasokan listrik dari PLTU Paiton di Jawa Timur ke Bali.

Humas PLN UID Bali, Anom Silaparta, menyebut gangguan ini membuat seluruh pembangkit di Bali “lepas”. Artinya, pasokan listrik dari pembangkit lokal seperti PLTU Celukan Bawang (380 MW), PLTG Pesanggaran (344 MW), hingga PLTG Gilimanuk (130 MW) ikut terhenti. Akibatnya, Bali mengalami blackout total.

Penyebab Blackout: Kabel Bawah Laut Bermasalah

Lalu, kenapa kabel bawah laut ini bermasalah? Hingga kini, PLN masih menyelidiki penyebab pasti. Dugaan awal, ada gangguan teknis pada Saluran Kabel Laut Tegangan Tinggi (SKLT) Gilimanuk-Banyuwangi. Beberapa sumber menyebut kemungkinan kelebihan beban pada pembangkit lokal juga turut memperparah situasi. Namun, Manager Komunikasi PLN UID Bali, I Wayan Eka Susana, menegaskan bahwa investigasi masih berlangsung. “Kami fokus pada pemulihan dulu,” ujarnya.

Menariknya, kejadian ini bukan yang pertama. Pada 18 Agustus 2005, Bali dan Jawa juga pernah alami blackout besar. Saat itu, lebih dari 100 juta orang terdampak karena gangguan serupa. Sepertinya, ketergantungan Bali pada pasokan listrik dari Jawa masih jadi tantangan besar.

Dampak Mati Listrik Massal di Bali

Blackout ini bukan cuma bikin lampu mati. Dampaknya terasa di mana-mana. Berikut beberapa efek yang paling kentara:

  • Kemacetan parah: Lampu lalu lintas di Denpasar, seperti di Jalan Mahendradatta, mati. Akibatnya, jalanan macet total. Warga seperti Christine di Teuku Umar Barat bilang, “Jalanan semerawut, toko-toko tutup cepat.
  • Penerbangan terganggu: Bandara Ngurah Rai sempat kacau. Listrik padam selama lima menit, menyebabkan delay pada beberapa penerbangan. Untungnya, genset bandara cepat bekerja, dan operasional kembali normal.
  • Aktivitas warga terhenti: Banyak bisnis, seperti toko dan restoran, terpaksa tutup. Di RSUD Buleleng, dua pasien sedang operasi saat listrik mati. Beruntung, genset dan UPS rumah sakit mampu menangani situasi.
  • Kekhawatiran sosial: Pemadaman ini terjadi sehari sebelum Hari Raya Kuningan, membuat warga khawatir persiapan upacara terganggu.

Meski begitu, beberapa sektor tetap bertahan. SPBU Pertamina, misalnya, bisa beroperasi normal berkat genset. Ini menunjukkan pentingnya cadangan listrik di fasilitas vital.

Upaya Pemulihan dan Respons PLN

PLN tak tinggal diam. Sekitar pukul 17.30 WITA, mereka mulai menyalakan kembali listrik secara bertahap. Beban sebesar 232 MW berhasil dipulihkan, terutama di wilayah seperti Pesanggaran dan Celukan Bawang. Prioritas diberikan pada bandara, rumah sakit, dan objek vital lainnya. Hingga malam, sekitar 75% wilayah Bali sudah kembali menyala, meski Denpasar masih gelap hingga pukul 19.30 WITA.

Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, atas nama Presiden, menyampaikan permintaan maaf atas ketidaknyamanan ini. PLN juga berjanji memberikan update berkala. Sekda Badung, Ida Bagus Surya Suamba, memperkirakan pemadaman berlangsung sekitar lima jam. Benar saja, sebagian besar wilayah Bali kembali normal menjelang malam.

Pelajaran dari Mati Listrik Massal di Bali

Kejadian ini membuka mata kita tentang beberapa hal. Pertama, ketergantungan Bali pada kabel bawah laut Jawa-Bali sangat riskan. Gangguan kecil saja bisa bikin pulau gelap. Kedua, infrastruktur listrik lokal perlu diperkuat. Bali punya potensi energi terbarukan, seperti PLTS Kayubihi, tapi kapasitasnya masih kecil.

Di X, Greenpeace Indonesia (@GreenpeaceID) menyoroti urgensi Bali beralih ke energi terbarukan. Mereka bilang, “Supply dari batubara via Jawa terbukti tak andal.” Ini sejalan dengan saran Surya Suamba agar Bali mandiri energi dengan PLTS dan sumber terbarukan lainnya.

Apa yang Bisa Dilakukan ke Depan?

Blackout ini jadi alarm buat semua pihak. Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

  • Perkuat infrastruktur lokal: Tambah kapasitas pembangkit di Bali, seperti PLTS atau PLTMH, untuk kurangi ketergantungan pada Jawa.
  • Tingkatkan cadangan listrik: Fasilitas publik harus punya genset andal, seperti yang sudah diterapkan SPBU Pertamina.
  • Edukasi warga: Sosialisasi tentang cara menghadapi blackout bisa bantu warga tetap tenang dan siap.

Warga juga bisa berperan. Misalnya, punya lampu emergency atau power bank di rumah. Kecil, tapi membantu saat situasi darurat.

Refleksi dari Kejadian Ini

Mati listrik massal di Bali bukan sekadar soal lampu mati. Ini tentang bagaimana sebuah pulau wisata dunia bergantung pada sistem kelistrikan yang rentan. Kejadian ini mengingatkan kita untuk lebih siap menghadapi situasi tak terduga. Bali, dengan pesonanya, harus punya infrastruktur yang sama kuatnya.

Sementara PLN terus bekerja, warga Bali menunjukkan ketangguhan. Hotel beralih ke genset, warga berbagi informasi di X, dan kehidupan perlahan pulih. Kejadian ini mungkin akan jadi cerita seru di masa depan: “Ingat nggak, waktu Bali gelap total?” Tapi, semoga ini juga jadi titik balik untuk sistem kelistrikan yang lebih baik.

Dapatkan Berita Terbaru: Saluran WA

Temukan Berita Terbaru: Google News

Berita Serupa